BAB 8

65.1K 9.4K 542
                                    

Rafan membawa Ara kedalam UKS, merebahkan tubuh Ara diatas brankar yang ada di UKS. Rafan menatap Ara yang masih memejamkan matanya

" udah dramanya?" tanya Rafan dingin

Pertanyaan Rafan membuat Ara keringat dingin, astaga nyawanya sebentar lagi melayang. Rafan pasti akan memutilasi dirinya sekarang. Membayangkan dirinya dimutilasi oleh Rafan membuat Ara panik dan membuka matanya menatap Rafan takut.

" Belum juga jadi orang kaya beneran." batin Ara.

" Rafan pasti murka banget nih ratu kesayangannya gue bikin hampir mau nangis. Ck kalau gue terbunuh disini syukur banget kalau gue balik jadi Anne, kalau gak?gimana dong. Belum jaminan lagi gue bakal masuk surga" batin Ara sembari berpikir bagaimana caranya agar dirinya tidak dimutilasi oleh Rafan.

Rafan menatap Ara yang membuat nyali Ara semakin menciut. Tidak ada pilihan lain batin Ara

" Rafan ampun bang, iya gue salah. Tapi jangan bunuh gue please, jangan mutilasi gue. Gue masih pengen merasakan hidup kaya raya, Kalau pun lo mau bunuh guu, boleh request gak. Kalau mau bunuh cari cara supaya gue nggak kesakitan ya" Mohon Ara pada Rafan sembari menyatukan tangannya menyembah Rafan.

Rafan yang mendengar celotehan Ara menaikkan sebelah alisnya. Namun seketika senyum Rafan mengembang menatap Ara yang panik. Rafan semakin mendekat kearah Ara membuat Ara kalut.

" STOP, berhenti disana please. Gue tahu gue banyak salah, ini pasti karma. Gue minta maaf atas kesalahan gue. Gue minta maaf sama Asep karna body shaming sama dia, gue minta maaf sama bang Alan karna udah sembunyiin kolor maung kesayangan dia. Gue juga minta maaf sama lo karna sering maki lo dalam hati. Mohon jangan bunuh gue" ucap Ara hanya dengan satu kali tarikan nafas.

" siapa yang mau bunuh lo?" tanya Rafan dengan suara seraknya.

" HAH. Lo gak mau bunuh gue" tanya Ara menatap Rafan heran

" Kenapa gue harus bunuh lo ?" tanya Rafan lagi

" ya karna tadi gue udah buat Liona hampir mau nangis, lo pasti marah sama gue kan." tuding Ara

Menghela napas, Rafan menatap Ara yang masih panik.

" Bego" ucap Rafan yang kini jaraknya sudah tepat berada didepan Ara dan menyentil kening Ara

" ASTAGA" kaget Ara, dia bingung kok Rafan sekarang bisa tepat dihadapannya.

" pulang sekolah tunggu gue diparkiran, gak ada penolakan" ucap Rafan

" EH, mau ngapain njir?" tanya Ara

Pertanyaan Ara tidak digrubis oleh Rafan. Rafan merebahkan dirinya dibrankar yang ada di UKS lalu menatap Ara

" oh iya, gue gak sedekat itu sama Liona sampai harus bunuh lo hanya karna dia nangis" ucap Rafan yang membuat Ara kaget.

Ara mendekat kearah Rafan, memandang Ara dengan tatapan selidik

" Kawan tidak perlu malu, gue tahu lo cinta sama Liona bahkan cinta mati pakai bingits. Gue tahu kok gak usah bilang begitu kawan." ucap Ara ekspresif menatap Rafan

" seantero sekolah tahu kok kalau lo bucin sama Liona nggak cuman gue. Lo akan selalu melindungi Liona dari hal - hal jahat, selalu memprioritaskan Liona. Lo ingin selalu Liona bahagia. Lo suka pada pandangan pertama sama Liona. Dan pada akhirnya cinta kalian akan bersatu dan kalian akan hidup bahagia" jelas Ara menatap Rafan yang kini juga menatap diriny.

"Gue memang menyukai Liona saat pandangan pertama dan menaruh hati padanya, tapi apa yang lo ucapkan sangat berlebihan" Ucap Rafan memandang Ara

" dan asal lo tahu gue nggak secinta itu sama Liona dan bahkan mungkin sekarang gue nggak ada rasa sama dia" lanjut Rafan yang membuat Ara tegang seketika.

Transmigrasi Gadis Pemalas [Sudah Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang