BAB 38

37.2K 5.2K 347
                                    

Geng Tyrion kini membicarakan hal mengenai Liona yang membohongi mereka semua. Mereka tidak menyangka gadis seperti Liona berani melakukan hal tersebut. Padahal dirinya jelas - jelas tahu seperti apa Rafan.

" jadinya bagaimana?" tanya Samuel menatap teman - temannya.

" sedikit permainan akan sangat menarik" ucap Rafan tersenyum miring. Ia sudah memikirkan sesuatu yang akan sangat menarik bagi Liona.

" kita ngikut bos ajalah" ucap Fahri yang diangguki semuanya.

" lalu permainan kaya gimana Fan?" tanya Samuel

" lo semua cukup tonton saja" ucap Rafan. Geng Tyrion hanya mengangguk mengikuti perintah sang ketua.

Hari minggu seperti biasa Ara hanya akan bermalas - malasan dirumah, orangtuanya belum pulang dari luar kota. Orang tuanya bilang uncle dan auntynya meminta kedua orangtuanya disana lebih lama. Ara masih bergelut dalam selimutnya padahal sudah pukul 11 siang. Dirinya sangat malas untuk melakukan apapun. Ara menatap langit - langit kamarnya, seenak apapun hidupnya disini tentu saja ia lebih memilih bersama sang mama dan bang Alan.

" bisa nggak ya kekayaan yang ada didunia ini gue bawa kedunia gue, pasti mama bangga sama gue kalau gue bisa lakuin hal kaya gitu" gumam Ara

" kan enak kalau sebagai Anne gue kaya, nggak perlu repot mikirin masa depan" lanjut Ara lagi

" Pasti mama sedih, duh aku juga jadi ikut sedih" ucap Ara pada dirinya sendiri

" semangat Ara kalau lo bisa bertahan disini, maka lo juga bisa bertahan didunia lo sebagai Anne" ucap Ara lalu bangkit dari kasurnya.

Ara keluar dari kamarnya turun kebawah. Dia tidak menemukan satu orang pun dibawah, para pelayan yang biasa bekerja juga tidak ada, mungkin mereka sedang makan siang, batin Ara

Ara keluar dari rumah, menatap halaman mansion milik keluarga Ara yang sangat amat luas. Pandangannya tertuju pada motor vespa yang pernah ia pakai. Ara mendekat ketempat motor tersebut parkir.

Ara menatap motor vespa tersebut dan beralih pada satpam yang tengah berjaga.

" motornya ya pak?" tanya Ara pada satpam tersebut

" iya nona, motor yang beberapa minggu lalu nona pakai" ucap satpam tersebut mengingatkan Ara

" hehehe iya pak, motornya bagus pak" ucap Ara

" apalagi kalau saya pinjam. Beuh makin tambah bagus pak" lanjut Ara menatap satpam tersenyum

" pinjam ya pak" pinta Ara

Tanpa menunggu respon dari sang satpam Ara langsung menaiki motor vespa tersebut. Kebetulan kuncinya ada dimotor tersebut, memudahkan Ara.

Ara mengendarai vespa tersebut meninggalkan kawasan mansion, dia jadi merindukan naik motor bersama bang Alan. Meskipun Alan sering mengomelinya tetapi Ara mencintai abangnya itu. Ara membawa motor tersebut dengan bernyanyi sepuasnya dijalan.

" DAN TUNGGULAH AKU DISANA, MEMECAHKAN CELENGAN RINDUKU. BERBONCENGAN DENGANMU, MELILINGI KOTA MENIKMATI SURYA PERLAHAN MENGHILANG" Ara bernyanyi seakan dengan hal itu dirinya merasa lebih lega. Kerinduan pada dunianya seakan bisa sedikit terobati. Ara menikmati lagunya walaupun suara jauh dari kata bagus. Tatapannya jatuh pada penjual mie ayam. Ara mendekat kearah penjual mie ayam tersebut, memakirkan vespanya terlebih dahulu.

" Mang satu ya, nggak pakai cabe" ucap Ara lalu mendudukkan dirinya pada bangku yang ada disana

" Rame ya mang, mantep ini rejeki lancar" ucap Ara yang dibalas senyuman oleh penjual mie ayam

Transmigrasi Gadis Pemalas [Sudah Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang