BAB 55

27.5K 4.6K 898
                                    

Ara kembali ketempat dimana tadi Rafan menyuruhnya untuk menunggu, pandangannya beradu dengan Difa. Raut wajah Difa yang menatapnya sini dan Ara yang menjulurkan lidahnya mengejek Difa. Ara hanya diam tidak tertarik dengan obrolan orang tua Rafan dan orang tua Difa yang membahas tentang bisinis, jujur saja otak Ara tidak sampai memikirkan hal seperti itu.

Selang beberapa menit Rafan datang dan langsung menarik Ara dari sana tanpa mengatakan apapun. Ara yang ditarik hanya pasrah, ia juga tidak ingin berlama - lama disana. Rafan dan Ara kini sudah berada didalam monil mercy milik Rafan. Keheningan melanda keduanya, Ara menatap jalanan yang dipenuhi kendaraan yang berlalu - lalang.

"Fan, lo rencananya kuliah dimana?" tanya Ara menatap Rafan.

"Gue dulu waktu jadi Anne pengen banget kuliah di Korea biar bisa ketemu para pacar dan suaminya aku. Tapi harus pupus dengan kenyataan, kenyataan bahwa aku miskin, tidak bisa bahasa korea dan belajar saja jarang" ucap Ara cemberut.

"Korea adalah negara ibu mertua yang wajib hukumnya aku harus dikunjungi" lanjut Ara.

"Pasti lo kuliah ditempat mahal dan bergengsi" lanjut Ara lagi.

Rafan hanya diam mendengarkan perkataan Ara, dirinya belum memikirkan dimana ia akan kuliah. Mendengar perkataan Ara membuat jadi berpikir akan dimana ia kuliah nanti.

"Ra" panggil Rafan yang dibalas tatapan oleh Ara.

"Kenapa gue harus kuliah? bukannya lo bilang ini dunia novel dan lo juga bilang takdir gue dituliskan menjadi orang kaya?" tanya Rafan tanpa mengalihkan fokusnya.

"Iya juga sih Fan, mending cari tante ya kan" ucap Ara cengengesan.

"Nanti gue bakalan kangen banget sama Lo" ucap Ara tiba - tiba membuat Rafan mengalihkan fokusnya pada Ara.

"Nanti kalau Rafan juga kangen, maka lihatlah bintang dilangit dan sebutlah namaku sebanyak lima kali. Jangan tiga kali ya karena Ara bukan jin" lanjut Ara lagi.

"Dan percayalah orang - orang akan menganggapmu gila" ucap Ara menatap Rafan.

Ara tertawa membayangkan Rafan melakukan hal yang ia bilang tadi, membayangkan wajah tampan Rafan yang ternistakan. Rafan mendengus kesal dengan ucapan Ara, pemikiran gadis yang disampingnya ini benar - benar membuat orang emosi. Pandangan Ara terjatuh pada bungkus rokok dashboard mobil Rafan, Ara memandang Rafan yang tengah fokus menyetir mobil.

"Fan lo ngerokok?" tanya Ara menatap Rafan heran.

"Iya" balas Rafan singkat.

"Tobat kawan, merokok bisa membunuhmu dengan perlahan. Mau jadi apa lo besar nanti, masih SMA saja sudah berani merokok. Stop merokok Fan gak baik buat kesehatan" ujar Ara menasihati Rafan.

"Tobat ya Fan, gue sebagai manusia baik dan rendah hati mengingatkanmu" lanjut Ara lagi.

"Gue bakal berhenti ngerokok kalau bibir lo mau gantiin rokok gue" ucap Rafan menatap Ara.

"ASTAGA KAWAN. Tidak bisakah digantikan dengan bibir babi? karena bibir babi lebih seksi dan lebih menjanjikan" Ara menatap kesal Rafan yang dengan seenaknya mengatakan bibir Ara pengganti rokoknya.

"Tobat kawan. Seperti pepatah yang mengatakan dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Jadi mari jaga kesehatan. Oke!!" lanjut Ara.

Rafan hanya menganggukkan kepalanya mengiyakan perkataan Ara, dalam hati Rafan bersorak senang atas kepedulian Ara kepadanya. Ternyata Ara memperhatikan dan peduli padanya.

"Makasih" ucap Rafan.

"Sama - sama kawan" jawab Ara.

Kini keduanya sampai dimansion milik keluarga Ara, diruang tamu keduanya disambut dengan Arsen dan Allard yang sibuk bermain ponsel. Atensi kedua saudara Ara tersebut teralihkan pada Ara dan Rafan.

Transmigrasi Gadis Pemalas [Sudah Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang