BAB 56

26.1K 4.6K 1.3K
                                    

Seminggu setelah kejadian dimana Rafan yang cemburu, sejak hari itu Rafan selalu menempel pada Ara dan tidak membiarkan Ara dekat dengan pria lain. Hal itu membuat Ara kesal dan juga kesenangan, kapan lagi ada cogan yang menempel terus padanya dan ini adalah salah satu bagian halunya saat menjadi Anne.

Namun yang membuatnya semakin kesal adalah Difa pindah kesekolahnya dan menduduki bangku Liona. Ara tidak suka sifat Difa yang kenak - kanakan dan juga manja, melihat wajah Difa rasanya tangannya sangat gatal ingin mencakar - cakar wajah sok polos Difa. Ara juga sering tertawa melihat Difa yang selalu mencoba mendekati Rafan namun selalu berakhir dengan penolakan. Menurut Ara cara Difa mendekati laki - laki tidak keren, malah terlihat seperti perempuan kurang belaian. Melihat Difa yang seperti itu mengingatkannya pada sifat Ara dulu sebelum ia berpindah kedunia novel ini. Ia jadi berpikir Ara yang dulu pasti persis seperti Difa.

Difa itu manja, mudah menangis dan kenak - kanakan, masa ia hanya karena Lia tidak sengaja mendorongnya ia menangis sejadi - jadinya, seperti sekarang ini Difa yang menangis meminta pertanggung jawaban Lia.

"Lia sakit huahhh" tangis Difa pecah membuat Ara kesal dengan tingkah Difa.

"Lebay amat jamet" ucap Ara kesal.

"Sakit tahu, kamu saja yang gak ada diposisi aku" ucap Difa menatap Ara.

"Halah lo belum merasakan kepala lo dipukul sampai mengeluarkan darah, kalau lo yang merasakan mungkin lo sudah dineraka kali" jawab Ara sinis.

"Kedorong saja sudah kaya ibu - ibu mau melahirkan. Lo manusia apa tai, lembek amat" lanjut Ara lagi.

Lia dan teman - temannya yang mendengar ucapan Ara menahan tawa, padahal Lia tidak sengaja mendorongnya dan itupun hanya dorongan biasa.

"Nanti kalian aku aduin ke papinya aku" ucap Difa menatap Ara sinis.

"Lu kaya anak yang lahir nggak normal, atau jangan - jangan lo memang gak normal. Lo sudah SMA bego mending lo balik saja sono keperut mak lu" ujar Ara kesal dengan ucapan Difa.

"Ini rasakan biar sakitnya beneran" lanjut Ara menginjak kaki Difa yang membuat Difa melotot.

"Eh kok gak nangis? tadi aja didorong Lia pelan kamu nangis, atau jangan - jangan dunia lo terbalik? yang lembut jadi keras dan yang keras jadi lembut?" lanjut Ara lagi menginjak kaki Difa.

"Awas ya lo" jawab Difa beranjak dari tempatnya dan keluar dari kelas.

"Dasar titisan y/n" gumam Ara kesal.

Ara kembali duduk dibangku miliknya, membaca novel yang ia bawa dari rumah sembari menunggu guru datang untuk memulai pelajaran tetapi harus terganggu dengan Arkan yang mendatanginya.

"Halo kawan" ucap Arkan merebut novel yang Ara baca.

"Ya" jawab Ara menatap Arkan.

"Bantuin gue dong" ucap Arkan merapatkan dirinya pada Ara.

"Gue ada gebetan tapi yang ini itu beda banget, dia dingin banget. Yang ini lebih menantang" jelas Arkan pada Ara.

"Lo mau gue gimana?" tanya Ara menatap Arkan bingung.

"Bantu gue supaya pdkt gue lancar sama dia" jawab Arkan.

"Bukannya lo masih pacaran sama adek kelas yang itu?" tanya Ara lagi.

"Sudah putus seminggu yang lalu, lo ada saran gak atau apa gitu yang membuat gue semakin dekat sama gebetan gue yang ini" jawab Arkan.

"Saran gue, karena lo bilang orangnya dingin. Lo jangan secara terang - terangan dekatin dia, lo harus bisa memberikan perhatian kecil namun berkesan. Misalnya saat pulang sekolah lo lihat dia naik apa terus kalau misal dia tunggu jemputan atau bus, lo harus tawarin tumpangan" ujar Ara menepuk bahu Arkan.

Transmigrasi Gadis Pemalas [Sudah Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang