Dikamarnya Ara menatap photo Ara yang terpajang, setelah pengakuan dari Rafan tadi membuatnya bingung dan takut. Ara memikirkan berbagai macam kemungkinan namun tak mendapat pencerahan. Ia jadi kepikiran dengan kehidupan Ara sebelum ia masuk kedunia novel ini. Ada berbagai macam spekulasi yang Ara simpulkan.
Yang pertama, sebelum ia masuk kedunia novel ini apakah dunia novel ini ada atau tidak? Maksudanya bisa saja karena Ara berpindah kedalam novel ini sehingga semuanya jadi hidup, mulai dari tokoh utama yang hidup hingga alur cerita yang juga hidup dan berjalan sesuai yang penulis buat.
Yang kedua, kemanakah jiwa tokoh Liona pergi? melihat hanya jiwa Anne saja yang berpindah. Meskipun mereka mempunyai rupa yang sama namun perbedaan masih bisa terlihat jelas, muka Ara lebih cerah dan putih dari pada muka Anne. Apakah saat terkena bola basket jiwa Ara mati?
Yang ketiga, dan yang menjadi Ara percayai adalah pada awalnya novel ini tidak hidup. Dunia novel ini bisa hidup karena Ara masuk kedalamnya yang artinya jika Ara kembali kedunianya maka novel ini akan mati, dunia novel ini akan hanya ada pada cerita dan tidak memiliki dunia hidup, Dan Ara percaya pada opsi ketiga ini.
Ara mengobrak - abrik isi kamarnya berharap menemukan sesuatu yang bisa membantunya mengetahui kehidupan Ara sebelum ia masuk kenovel ini. Mungkin saja penulis membuat cerita tentang Anne tapi tidak dipublish kewattpad dan hanya menjadi draft.
"Ck, ini orang kenapa sok misterius banget sih. Cape putri cantik" keluh Ara.
"Lagian Ara punya masalah hidup apasih, kalaupun gak dapat cinta dari abangnya kan bisa cari abang lain. Abang Online kek, abang angkot kek, abang galon kek. Kan masih banyak, ngapain cape - cape" gerutu Ara.
"Orangnya juga ansos, itu mulut betah sekali diam terus. Napasnya gak bau apa bagaimana" lanjut Ara lagi mengomeli sikap Ara sebelum dirinya masuk kedunia novel.
"Muka cakep begini harusnya dipergunain buat hal yang berguna dan positif" ucap Ara memegang wajahnya.
"Cari sugar daddy, cari cogan, atau gak cari pendamping hidup. Kan berguna buat masa depan yang cerah" lanjut Ara tersenyum manis membayangkan cogan.
"Eh, buku apa ini?" tanya Ara pada dirinya sendiri melihat binder berwarna pink.
"wah binder, lucu juga. Kece juga si Ara punya binder, kalau gue mana punya. Gak punya karena malas nulis, tidak ada sesuatu yang menarik untuk ditulis dalam hidupku" ucap Ara cengengesan.
Ara membuka binder tersebut yang isinya merupakan curhatan hati dari Ara. Ia membaca lembar demi lembar dari buku tersebut. Ara menatap kagum tulisan dibuku binder tersebut, tulisan yang sangat rapi dan juga cantik. Ara menghabiskan waktu 30 menit membaca buku tersebut hingga habis.
Dalam buku binder tersebut Ara yang dulu menuliskan, ia hanya ingin abangnya meliriknya. Ia ngin seperti anak perempuan yang lainnya yang disayang oleh keluarganya. Kedua orang tuanya bahkan tidak tahu bagaimana ia selama ini hidup, bagaimana ia setiap kali menatap orangtuanya dengan tatapan ada harapan yang indah namun ternyata tidak ada. Dibuku tersebut juga Ara menuliskan dia seorang anti sosial itu memang benar, tidak ada yang mengajarinya bagaimana berbicara dengan baik kepada sesama, tidak ada yang mengajarinya bagaimana kita bisa saling menerima, memaafkan dan bergaul.
Mommynya tidak pernah ada waktu untuk sekedar duduk bersama dengannya, ia hanya akan dilayani para pelayan dimansionnya. Ara menatap iba binder yang ada dihadapannya seakan menatap Ara yang dulu. Dan juga yang membuat Ara semakin sedih dengan kehidupan masa lalu pemilik binder tersebut adalah tulisan diakhir kertas yang berisikan, semuanya gelap tidak ada cahaya aku sudah mengulurkan tanganku sepanjang hidup tapi tidak ada yang menarik uluran tanganku. Perlahan kegelapan ini menelanku dan aku sudah tidak ada, aku sudah lenyap bersama kegelapan dan tidak ada satupun yang akan perduli.
Ara hampir dibuat menangis dengan kalimat itu, tapi ia juga memaki Ara yang dulu. Ia memaki Ara yang tidak bangkit sendiri. Kenapa harus menunggu uluran tangan orang lain kalau kita masih bisa? kenapa harus mengulurkan kedua tangan kalau kedua tangan kita masih bisa bertaut sama lain?
"Ara lo terlalu bodoh dan lemah" gumam Ara memaki Ara yang dulu.
"Hahahaha, goblok memang. Bahkan gue melalui hal yang lebih berat dari ini, tapi percayalah kalau lo melewati semuanya dengan tawa dan senyum seolah tidak ada masalah. Semuanya akan sangat menyenangkan" ucap Ara lagi dengan tawa miris.
"Bukankah sangat menyenangkan untuk hidup, bertahan demi kertas mahal, demi untuk ikut konser dan fanmeet, atau bahkan bertahan untuk melihat cogan yang lebih banyak. Sungguh menyenangkan" lanjut Ara lagi.
"Hidup kok dibawa ribet, merasa paling menderita didunia padahal diluaran sama ada yang lebih pahit kehidupannya" omel Ara.
"Bodo amatlah, mending gue stalk akun cogan biar dapat hidayah dan pencerahan" ucap Ara mengambil ponselnya dan merebahkan tubuhny dikasur miliknya.
"Ngapain juga cape - cape cari perhatian buat dapat kasih sayang, harusnya cari cogan dong apalagi coganya kaya ayang Jeff makin panjang umur gue" gumam Ara lalu fokus pada ponselnya melihat para cogan.
"Ganteng banget. Anak Gravity High School pula, besok langsung gue datangin orangnya. Enaknya langsung ditembak apa pdkt dulu ya?" gumam Ara menatap photo laki - laki tampan dengan pakaian seragam sekolahnya yaitu Gravity High School.
"Wow, yang disampingnya juga gak kalah hot. Langsung kali ya mereka berdua gue tembak. Nanti tinggal pilih siapa yang nerima. Pastilah keduanya nerima gue, Ara kan paket lengkap. Tipe idaman cowo tampan nan kaya" lanjut Ara tersenyum manis.
Tak lupa Ara menyimpan photo para pria tampan tersebut untuk dijadikan pelarian saat dirinya gabut. Galery ponsel Ara dipenuhi dengan photo cogan dan juga photo dirinya, setiap ada yang ganteng maka Ara akan langsung mendokumentasikannya. Apalagi saat ada yang mengatakan melihat pria tampan bisa menambah daya ingat otak Ara lansgung bersemangat. Namun sejauh ini bukannya ingatannya bertambah malah semakin lemot.
"Soal Rafan, dia beneran suka nggak sih sama gue?" tanya Ara tiba - tiba.
"Kalau semisal dia beneran suka terus nembak gue. Gimanaya?" lanjut Ara lagi.
"Balik lagi kediri gue. Ara nggak tahu sesorang yang tulus itu kaya bagaimana, Ara nggak pernah dicintai orang dengan tulus selain abang dan mama" ucap Ara lirih.
"Ara juga nggak bisa tulus mencintai orang. Karena Ara nggak tahu rasanya seseorang itu tulus apa gak" lanjut Ara lagi meletakkan ponselnya sembarang arah.
"Cogan juga terlalu banyak yang suka sama Ara, jadi Ara tambah bingung buat siapa hati suci dan lembut ini akan berlabuh" ucap Ara.
Janga. Lupa vote +follow kawan
Spam komen next yukkk buat chapter selanjutnya
Jaga kesehatan kawan
See you✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Gadis Pemalas [Sudah Terbit]
FantasíaDi wattpad tidak akan di revisi!!!! Revisi hanya ada di versi novel!!! Karya sendiri!! Rexanne Adelia gadis pemalas yang hidupnya monoton. Pecinta cogan dan hidupnya tidak boleh jauh dari yang namanya wattpad. Bercita - cita mempunyai suami kaya pa...