part 3

6.3K 379 2
                                    

Selamat baca

***

Part 3

Seirena

Arrgghhh

Sial

Kepalaku sakit luar biasa, ini pasti gara-gara bir yang kutegak berkali-kali di pesta semalam, jujur saja ini adalah kali pertama aku meminum minuman terkutuk itu, jika tahu kalau imbasnya akan separah ini aku tidak akan mau mencobanya.

Tunggu dulu.

Kenapa ada laki-laki yang tidur di sampingku? Apa aku baru saja melakukan sesuatu di luar batas semalam? Aku diam sejenak, mencoba untuk merasakan perubahan apa yang terjadi di tubuhku. Tidak ada yang berubah, aku tidak merasakan gejala-gejala saat orang baru pertama kali merasakannya, aku memang belum pernah melakukannya, tapi setidaknya aku bisa membayangkan bagaimana rasanya, dan itu tidak terjadi padaku saat ini, entah aku harus bersyukur atau tidak, karena jika aku melakukan perbuatan 'itu' semalam, aku bisa saja menuntut laki-laki di sampingku ini untuk bertanggung jawab dengan menikahiku.

Kurasakan ada pergerakan ringan, dia membuka matanya perlahan, dan langsung terkejut begitu menemukanku ada dihadapannya, hei aku saja tidak seterkejut itu, atau memang ada yang salah dalam diriku?

"Se sejak kapan kamu bangun?" tanyanya kaku masih menatapku.

"Barusan," jawabku sekenanya.

"Kamu terlalu banyak minum semalam, apa sekarang terasa pusing?"

Tidak langsung kujawab pertanyaannya setalah kusadari dia sedikit malu-malu, tanpa aba-aba aku langsung memeluk dan menyembunyikan wajahku di dadanya, entah apa yang dia rasakan sekarang, yang terdengar olehku adalah detak jantungnya yang bertalu-talu tak karuan. Aku akan menggodanya, ini benar-benar pagi yang menyenangkan.

"Ka kamu, a..a..apa yang kamu lakukan?" dan dia semakin gugup.

"Kenapa kamu nggak mengambil kesempatan semalam?"

Kurasakan tubuhnya sedikit menegang, dan berangsur rileks saat kurasakan tangannya menyentuh kepalaku dan mengusapnya lembut. Terasa nyaman, dan....ya ampun kenapa sekarang aku yang berdebar.

"Bagaimana bisa? Kalau kamunya nggak berenti berulah," jawabnya santai, tapi tidak denganku yang bingung.

"Maksud kamu berulah?" tanyaku tidak berani menatapnya, dan kenapa juga sekarang aku tidak berani menatapnya?

"Salah satunya, kamu ngajakin aku main petak umpet, gimana mau ngumpet coba kalau kamunya ketawa cekikikan terus."

"Oh ya? Ada lagi?"

"Kamu ngajakin aku main sepak bola pake kertas note hotel yang kamu buat jadi buntelan."

"Terus?"

"Kamu minta main kuda-kudaan, dan itu buat pinggang aku sakit selama sejam."

"Pasti masih ada lagi kan?"

"Aku rasa kamu nggak harus denger semuanya."

Dan untuk mengangkat wajahku sekarang, aku tidak sanggup, tapi tenang Seirena, walaupun dalam keadaan memalukan seperti ini aku harus tetap memasang ekspresi tenang.

"Sayang sekali ya..."

Kutengadahkan wajahku dan melihat wajahnya yang kini memandangku bingung, "Maksudnya?"

Tak kuhiraukan pertanyaannya, dan lebih memilih mencari lebih banyak ketenangan di dalam pelukan laki-laki ini, dan sepertinya dia tak lagi peduli dengan pernyataanku dan lebih memilih semakin mendekapku dan terus mengusap kepalaku pelan.

ForgivenessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang