Part 33

3.3K 239 15
                                    

part ini danpart-part seterusnya bakalan banyak diisi dengan cerita dan cerita.

jadi jangan bosen ya...

selamat membaca

***

Seirena

Suara-suara teriakan itu menggema di telingaku, sekelebat wajah mama yang menangis dan terus meminta maaf terlihat samar, kucengkram apapun yang bisa menghalau bayangan atau teriakan yang semakin manjadi-jadi, aku sudah tak sanggup lagi, tubuhku rasanya tersentak keras dan melayang mengikuti arus yang aku sendiri tak tahu akan sampai ke mana.

"Kamu bukan anak papamu, papamu bukanlah Aris,"

Air mata menggenang di kedua mata mama, ia tampak sangat sedih.

Rasanya sakit, bahkan untuk menggerakkan matapun rasanya susah, rasa asin dan anyir darah tercium olehku. Aku ingin bertemu mama, aku ingin bertemu dengan.....bertemu...mama...

***

Sesuatu seolah menyentakku, memaksa agar aku segera membuka mata. Aku mengerjab beberapa kali saat cahaya putih menimpa mataku, kuyakin aku berada di sebuah runganan yang pasti bukan kamarku atau ruangan yang sering aku singgahi setiap hari. Lampu putih tepat berada di atasku.

Pandanganku sedikit kabur saat wajah seseorang berada di atasku, wajah penuh keriput yang menatap khawatir. Kakek.

"Sei? Seirena?"

Seperti ada tumpukkan berat yang kurasakan saat aku bisa mengingat kembali apa yang terjadi, surat, mama, dan tabrakan. Ternyata keinginanku belum terkabulkan, sepertinya mama terlalu takut bertemu denganku, bahkan dalam mimpi sekalipun mama tidak pernah muncul.

Usapan lembut di pipi kurasakan, dan kakek kembali menatapku dengan tatapan sendunya.

"Semuanya akan baik-baik saja Seirena,"

Tidak, semuanya tidak akan baik-baik saja, kekacauan yang sudah kulakukan tidak mungkin diperbaiki, luka yang kutinggalkan terhadap mereka yang tak bersalah tidak mungkin bisa sembuh.

Kakek kembali mengusap pipiku yang terasa basah.

"Dokter akan memeriksa kamu,"

Lalu orang-orang berseragam putih itu mulai melakukan hal-hal yang sudah tak kuperdulikan lagi pada tubuhku, aku hanya ingin bertemu mama sekarang, aku tidak bisa membiarkan mama kabur begitu saja setelah kebohongan yang dia tinggalkan, aku harus membawanya kembali dan meminta maaf kepada papa.

"Kek, aku mau ketemu mama, tolong..." aku memohon pada kakek yang berdiri jauh dari ranjangku.

"Seirena,"

"Aku harus ketemu mama,"

"Tenanglah, kamu tidak bisa bertemu mamamu sekarang,"

***

Gumpalan awan berwarna kelabu menutupi nyaris seluruh permukaan langit, bersamaan dengan itu rintik-rintik hujan mulai berjatuhan menimpa orang-orang yang berlari-lari kecil di bawah sana, tampak melindungi diri mereka dari terpaan air.

Aku masih sangat bingung, mengapa semua orang seperti bersekongkol untuk mempermainkanku, apa mereka senang saat melihatku menyakiti mereka? Mama, aku masih ingat dengan jelas isi surat itu, mama takuk aku membencinya jika aku mengetahui segala kebenaran, tapi apakah mama sadar jika kebohongannya membuatku berkali-kali lipat tersakiti karena telah menghancurkan kehidupan orang lain?

Sebenarnya apa salahku? Berkali-kali aku mempertanyakan hal itu, tapi berkali-kali aku memikirkannya, semakin aku tidak menemukan jawaban yang pasti. Aku tahu sebagai manusia aku punya banyak kesalahan, tapi... lagi-lagi aku bingung apakah aku pantas mendapatkan balasan seperti ini?

ForgivenessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang