bertemu lagi...
hope you enjoy this part
***
Haikal
Setelah beberapa hari yang melelahkan akhirnya aku kembali lagi ke rumah, saat aku kembali tidak ada yang berubah, bahkan mama dan papa terkesan seperti tidak pernah terjadi masalah sama sekali, mereka diam, akupun diam, tidak ada di antara kami bertiga yang mengungkit-ungkit masalah tentang hubunganku dengan Seirena.
Aku masih memakan makan malamku dalam diam, sesekali melirik ke arah mereka berdua, sebenarnya tujuanku melakukan lirik-lirikan ini adalah aku ingin bicara kepada mereka berdua, memendam terlalu lama itu rasanya tidaklah enak dan lidahku ini sudah gatal rasanya, ingin cepat-cepat membeberkan bahwa hubunganku dengan Seirena sudah membaik, dan aku tidak akan merubah keputusanku untuk tetap bersama wanita yang kucintai itu apapun alasannya.
"Haikal," suara panggilan mama membuatku menghentikan gerakan menyuap.
"Kamis kamu makan siang bareng mama,"
"Kamis? Untuk apa ma?" tanyaku merasa bingung karena tidak biasanya mama memintaku untuk makan siang bareng.
"Pokoknya kamu harus ikut dan mama tidak menerima penolakan," ujarnya lagi, kali ini terdengar lebih tegas.
Aku hanya mengangguk pelan, toh hanya makan siang biasa bukan sesuatu hal aneh yang patut untuk kutolak, dan masalah Seirena sepertinya aku harus menunda untuk mengatakannya kepada papa dan mama. Melihat dari gelagatnya sepertinya ratu di rumahku itu sedang dalam tensi tinggi yang kapan saja bisa neledak jika kita mengangganggu ketenangannya.
Bukannya ingin menyombongkan diri atau apa, tapi aku memang dikenal sebagai anak yang sangat patuh terhadap orang tua, terutama mama, bagiku mama adalah wanita terpenting dan terhebat di dunia, yang pastinya sangat kusayangi, dan aku tidak ingin membuatnya tertekan apalagi menyakiti hatinya.
Tapi saat ini aku seperti tengah diuji, lantaran disuruh memulih antara menyakiti hati mama atau hati Seirena, jika aku memilih Seirena maka mama pasti akan kecewa, tapi jika aku memilih mama, bagaimana dengan Seirena, dan bagaimana dengan hatiku? Berat, aku tidak bisa memilih karena mereka berdua telah menempati sisi terpenting dalam hatiku. Aku ingin menggenggam mereka berdua, biarlah aku disebut serakah, memang itu sudah sifat manusia, kan?
Mama meneguk minumannya untuk yang terakhir kali dan beranjak pergi meninggalkan aku dan papa yang belum selesai makan malam, tidak biasanya mama seperti itu, biasanya mama akan menunggu aku dan papa siap makan, lalu membantu asisten rumah tangga kami membereskan meja makan.
"Kamu masih berhubungan dengan gadis itu Kal?" pertanyaan papa membuatku menghentikan kegiatan makanku lagi.
Aku mengangguk pelan, "Iya pa, hubungan kami membaik," jawabku.
Kami diam untuk beberapa saat, hanya denting sendok beradu dengan piring yang terdengar mengisi keheningan, aku tahu keadaan ini berarti tidak baik, di dalam keluargaku jika ada masalah tidak akan terjadi perang mulut, melainkan keheningan beberapa saat sebelum masalah itu dibicarakan secara baik-baik.
"Papa sama sepertimu yang tidak menyalahkan Seirena, tapi tidak dengan mama Haikal, dia sudah sangat sakit hati dengan prilaku Seirena dan keluarganya di pesta pernikahan tantemu," suara papa mengalun sangat rendah, "Dan walaupun papa tidak masalah dengan pilihanmu, tapi papa akan tetap mendukung mamamu," ucapan papa membuatku hanya bisa menunduk, tidak berani menatap papa, bukan karena aku pengecut, tapi lebih kepada sikapku dalam menghormati orang tuaku, walaupun pikiran kami tak sejalan, aku harus tetap menghormati mereka.
"Haikal akan usaha untuk membuat keadaannya jadi lebih baik pa," ucapku akhirnya.
***
Seirena tampak berbeda hari ini, sebenarnya sih terlihat biasa saja, tapi entah mengapa perasaanku mengatakan bahwa dia tengah merasa sangat bahagia sekarang, terlihat dari senyum-walaupun tidak lebar- sepanjang hari yang tercetak di wajah cantiknya, yang sialnya menambah kadar kecantikannya, membuatku makin jatuh cinta, yang membuat aku kesal bukan karena dia yang makin cantik, melainkan lirikan-lirikan para kaum adam yang tak sengaja kutangkap di S&S cafe ini, bahkan tidak jauh dari tempat aku dan Seirena duduk sempat kudapati seorang anak remaja laki-laki yang masih mengenakan seragam SMA mencuri lirik ke arah Seirena, anak remaja zaman sekarang yang tua pun diembat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgiveness
RomansaMasa lalu Sakit hati Dendam tiga serangkai yang selalu menghantui di sepanjang hidupku, tapi anehnya aku tidak pernah berpikir untuk melepaskan mimpi buruk itu. Tidak rela Walaupun berjuta umat menyerukan agar aku melupakannya, aku tetap tidak mau...