akhirnyaaaaaa........
tadinya mau nyerah buat update cerita ini gegara si mbah wattpad gangguan terus, tapi di detik terakhir akhirnya bener juga.....
pertama-tama aku mau ngicapin bagi orang-orang yang mau baca cerita ini, jujur aja aku nggak nyangka kalau yang baca itu 2200++++
yah walaupun masih banyak yang gaib karena jejaknya nggak tertinggal, tapi nggak papa deh yang penting neh cerita kebaca, dan semua khayalan yang berterbangan dikepalaku tersalurkan.
oke sekian basa-basinya....
selamat baca
***
Seirena
Orang bilang, hal yang paling jujur di dunia ini adalah cermin, semua yang direfleksikan adalah kebenaran, secerdik apapun kita menyembunyikannya pasti akan terlihat di dalam cermin. Tak heran, jika di film snow white si ibu tiri selalu bertanya kepada cermin 'siapakah yang paling cantik?' dan kejujuran cermin membuat sang ibu tiri mejadi jahat, atau memang sudah jahat dari awal.
Okay, berhenti menggunjing tentang ibu tiri snow white terus-terusan.
Aku memandang pantulan diriku di depan cermin besar ruang ganti, apron jaket yang selalu melekat di tubuhku setiap harinya sudah tergantung di dalam loker, dan sekarang tubuhku sudah melekat blus berwarna putih tanpa lengan, rambut yang kugulung pun sekarang sudah tergerai, sedikit berantakan dan hanya ku rapikan menggunakan jari.
Setelah memastikan penempilanku cukup rapi, aku segera keluar dari ruang ganti dan menuju ruang kerja untuk mengambil tas dan kunci mobil. Hanya tinggal aku sendiri di Chocolove, semua karyawan sudah pulang sejak pukul 21:00, dan sekarang sudah nyaris jam dua belas malam.
Aku keluar lewat pintu samping, setelah memastikan semua telah terkunci, aku pun langsung masuk ke dalam mobil yang terparkir di halaman Chocolove, saat aku hendak menyalakan mesin mobil, suara getar ponsel menghentikanku.
Ardi caller
Oh masih ingat dia denganku?
"Iya Di? Kenapa?" jawabku pura-pura malas.
"Nggak ikhlas banget sih ngangkat telponnya?" dumelnya di seberang sana.
Aku terkekeh pelan, " Lo sih nelpon malem-malem, kenapa?"
"Hehe, gue kan baru ada waktu sekarang, maklumlah, emangnya lo nggak kangen sama gue?" rajuknya, udah tua masih aja merajuk.
"Loh bukannya elo yang lupa sama gue? Dua minggu lo pergi nggak ada kabar? Gue telfonin nggak diangkat, untuk tau kabar lo aja gue harus tanya sama nyokap lo, cukup tau aja ya, kalo lo masih nganggep gue sahabat, atau jangan-jangan lo udah nemu mainan baru di sana ya," omelku panjang lebar. Ardi terkekeh.
"Santai sis, sorry sorry, gue bener-bener nggak ada waktu, kerjaan disini buuaanyak banget, mana gue masih kagok lagi sama kerjaan, jadinya harus sambil belajar juga, lo disana apa kabar?" tanya Ardi mengalihkan topik.
Aku menghela nafas, "Baik," jawabku singkat.
"Oh okay, lo nggak nanya kabar gue?"
Sekarang gantian aku yang terkekeh, nih anak.....
"Yaudah, gimana kabar lo Di?" tanyaku akhirnya.
"Gue....nggak....mau jawaaaabbb, hahahaha," serunya menyebalkan.
Ugh, ingin kubanting ponsel ini rasanya, tadi dia yang suruh nanya, setelah ditanya, malah dapat balasan seperti itu. Awas saja dia ya, aku nggak akan pernah mau lagi nanya-nanya kabarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgiveness
RomansaMasa lalu Sakit hati Dendam tiga serangkai yang selalu menghantui di sepanjang hidupku, tapi anehnya aku tidak pernah berpikir untuk melepaskan mimpi buruk itu. Tidak rela Walaupun berjuta umat menyerukan agar aku melupakannya, aku tetap tidak mau...