part 16

3.3K 245 6
                                    

nggak banyak omong

selamat baca

***

Haikal

 Sepertinya Chocolove sedang kedatangan banyak pengunjung, aku terpaksa memarkirkan mobil agak jauh, tiba di depan pintu kaca aku langsung disuguhi dengan pemandangan yang sedikit berbeda, pernak-pernik berwarna pink bertebaran di mana-mana khas valentine, begitu juga dengan kue-kue yang disajikan di etalase panjang, semuanya tampak meriah.

Setelah memesan secangkir kopi hitam aku duduk di salah satu kursi yang kosong, mataku menyusuri pengunjung yang kebanyakan muda-mudi, mereka tampak bahagia sekali, saling menyuapi dan tertawa bersama.

Tak berapa lama kemudian kopi dan makaron pesananku datang, bersamaan dengan itu muncullah wajah Niko yang terlihat tak bersahabat.

"Kenapa sih harus ketemuan di sini? Lo nggak sadar kalo muka lo itu ngenes banget dilihat?"

Aku hanya terkekeh mendengarnya bersungut-sungut kesal, "Gue cuman mau mencoba peruntungan bisa ngeliat dia hari ini Nik," ujarku kalem.

Dia mendengus, "Lo udah lupa ya? Dia itu udah nolak lo dengan alasan yang luar bisa nggak penting, udahlah Kal, masih banyak cewek di luar sana yang lebih cantik, lebih sexy, lebih pinter dan lebih dari segala-galanya, kenapa sih lo harus stuck sama tuh cewek?" ucapnya berapi-api kelihatan sekali kalau dia sedang kesal dengan tindakan Seirena, apalagi setelah aku menceritakan semuanya.

"Lo bakal ngelakuin hal yang sama kalau hal ini sampai kejadian sama lo dan Sarah," kuseruput kopi yang masih mengepul dan mengeluarkan aroma khas.

Terdengar helaan nafas dari Niko, "Kalo sampe itu terjadi, gue bakal nyeret Sarah dari persembunyiannya dan ngebawa dia pergi sejauh-jauhnya dari sumber masalah,"

Aku lagi-lagi terkekeh mendengar jawabannya, bukannya lucu, hanya saja rencananya terdengar begitu konyol, jika aku melakukannya pada Seirena, kira-kira apa yang akan dia lakukan padaku?

"Masalahnya, sumber masalah ada di dalam diri dia sendiri, kemanapun gue bawa dia lari, masalah itu akan terus ngikutin dia," jawabku lemah, merasa bahwa apa yang kulakukan tidak akan membawa dampak positif apapun, "Dia terlalu keras untuk dilunakkan," sambungku, "Gue takut kalau seandainya apa yang dia bilang semalem bener-bener dia lakuin, gue takut kalau...,"

"Dia nggak akan nikah sama laki-laki manapun Kal, percaya sama gue," potong Niko, dia menatapku tajam, "Lo itu cowok, yang harus lo lakukan sekarang adalah terus perjuangin dia, bukannya meratapi nasib kayak gini, apalagi mencoba peruntungan untuk ketemu dia di sini, jangan jadi orang yang cuman bisa menyerah dengan keadaan, kalau keadaan nggak berpihak sama lo, maka lo harus buat keadaan jadi berpihak,"

Dengan seenak jidat Niko mengambil cankir kopiku dan menyeruputnya tanpa dosa, kalau biasanya aku akan marah dengan apa yang dia lakukan sekarang, tapi untuk kali ini akan kubuat pengecualian karena dia telah memberikan petuahnya padaku.

"Ini nih alasan kenapa gue selalu maksa lo buat pacaran, supaya berpengalaman, contoh tuh si Dimas, hidup dia kalem-kalem aja, kalau ditinggal cewek ya cari lagi," lanjutnya sambil mencomot makaron berwarna pink.

Aku memutar mata bosan, "Yeah, lo jangan samain gue sam tuh playboy cap cicak, dia itu kalo nggak ganti cewek bisa gatel-gatel badannya," ujarku mulai relaks, mencoba mengalihkan pikiran ke hal lain.

Haikal tergelak, "Sayangnya dia nggak pernah kekurangan cewek, bingung gue, padahal gantengan juga gue, tapi kok cewek-cewek banyak banget yang mau sama dia,"

"Lo kurang kaya kali," timpalku asal.

Niko berhenti tertawa dan berdecak kesal, "Lo yang lebih kaya dari gue aja nggak laku-laku,"

ForgivenessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang