Part 9

4.2K 276 2
                                    

saya kembali dengan part baru

mungkin part ini sedikit membosankan, tapi aku berharap kalian suka yaa...

happy reading

***

Pandanganku menyapu bersih The Royalty Restaurant yang lumayan penuh malam ini, meskipun penuh tapi suasana ketenangan dapat tetap terasa, pelayan dengan sangat cekatan menyambut tamu yang baru datang, mengantar mereka ke meja-meja tertentu, lalu dengan gaya pintar menjelaskan menu makanan unggulan mereka malam ini, setelah tamu selesai memesan mereka pergi dan kembali lagi dengan botol anggur atau air putih-yang menurutku adalah sebuah sogokan agar mereka mau menunggu, tak berapa lama kemudian, pesanan mereka muncul yang diawali dengan appatizer, lalu main course dan diakhiri dengan dessert.

Pelayanan yang harus dibayar dengan sangat mahal, apalagi dengan tepat makan yang luar biasa mewah, kupastikan bahwa tidak ada orang dari kelas rendahan yang berani makan di tempat ini, kalaupun ada palingan juga menang kupon makan gratis.

 Ardi masih memutar-mutar dan mengamati dengan sangat seksama gelas Raspberry Cheesecake Triflenya, gayanya yang seperti ini sangat mirip dengan juri di acara masak yang sedang mengamati bentuk keindahan dessert sebelum menikmatinya, gayanya yang sangat cekatan dalam menyendok bagian yang sangat ingin dia nikmati, menyuap kedalam mulut dengan gaya sok penilai profesional, lalu mengangguk kecil sebelum kembai menyendok dessert dengan gaya yang lebih biasa.

"menurut gue ini kemanisan, makan dengan porsi segede gelas ini, pasti bakalan eneg, tapi bolehlah," lanjutnya lagi sambil terus menyuap perlahan.

"itu kan lo aja yang nggak terlalu suka manis, orang lain belum tentu," balasku sambil turut menikmanti brownie and respebrry trifle milikku yang sudah terlalu lama kudiamkan.

Ardi mengangguk, "bener juga," gumamnya menyetujui, "ngomong-ngomong, tumben lo mau traktir gue ke restorant high class kayak gini?"

Senyum kecil lolos sebelum menjawab pertanyaan Ardi, "Cuma mau tau pendapat lo aja," jawabku, dan dapat kulihat kerutan di dahinya saat mendengar jawabanku.

"lo cuma mau denger pendapat gue? Lo tau kan nggak ada pendapat lain kecuali enak, mewah, dan mahal?" ujarnya cepat, "dan satu lagi, pemiliknya kaya banget," imbuhnya dengan tampang penuh minat.

Kucondongkan tubuhku kearahnya dan berbisik "mobilnya M3,"

Ardi langsung meletakkan sendok dan menggeser dessertnya, ikut mencondongkan tubuh dan berbisik, "lo tau dari mana?" suaranya terdengar lebih penuh minat dari yang tadi, kebiasaanku dan Ardi jika sudah membicarakan orang kaya dan propertiya.

"dia ngelamar gue hari minggu kemarin,"

"WHAT?!"

Teriakan Ardi mengundang perhatian nyaris seluruh pengunjung restoran, membuatnya yang tadi dilanda kejutan listrik 6000 watt menjadi salah tingkah lantaran malu, dan aku hanya mengulum senyum melihat wajahnya yang memerah dan gerakan menggaruk pelipis, hal yang biasa dilakukan jika sahabatku ini sedang sangat malu.

"lo serius?" desisnya tajam.

"buat apa gue bercanda," jawabku enteng sambil kembali merasakan manisnya dessert.

"lo tau, gue kenal sama pemilik resto ini, kalau nggak salah namanya pak Handi Pratama, lo dilamar sama dia? Please Sei, dia itu udah tua, udah punya istri lagi," jelasnya dengan tampang ngeri, "anaknya aja.... wait wait wait, jangan-jangan lo....anaknya....?

"hmm," jawabku santai sambil kembali meyuap desseret.

"jangan bilang...."

"Haikal,"

ForgivenessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang