Part 28

2.8K 225 13
                                    

hai, aku balik lagi.

maaf atas keterlambatan updatenya, karena aku lagi sibuk bantuin ibu aku buat kue lebaran.

enjoy this part.

***

Haikal

Selesai

Semua sudah selesai, dia sendiri yang menyelesaikannya dengan sangat rapi, membuatku tak mampu lagi berkelit dan terpaksa terjebak dalam permainannya, dia begitu pintar dan aku begitu bodoh karena dengan mudahnya jatuh ke dalam perangkapnya.

Aku membencinya ketika beberapa saat yang lalu dia mengatakan dialah dalang dari semua kekacauan yang terjadi, aku besumpah aku sangat membencinya, masih terpatri dengan apik di ingatanku saat aku memandangnya penuh emosi, yang dibalasnya dengan pandangan tak kalah sengit, dan sampai di situ saja keberanianku untuk marah padanya saat kutemukan di balik wajah sengitnya terdapat luka, aku tahu dia terluka dengan apa yang telah diperbuatnya, tapi anehnya wanita super bodoh itu masih saja mempertahankan pisau yang siap mengiris hatinya sendiri.

Untuk kesekian kali aku mencintainya, rasa benciku kalah oleh rasa cinta yang coba kutekan namun gagal, apa yang bisa kulakukan sekarang? Tidak ada kecuali menunggu vonis mama yang entah akan membawaku ke mana.

Walaupun kejadian di ranjang itu adalah jebakan, aku harus tetap betanggung jawab, Diah sudah menjadi korban di sini, dia sama sekali tak bersalah namun terpaksa harus ikut menanggung pahitnya, aku tak bertemu lagi dengannya sejak pagi saat mama menyidang kami berdua, persoalan dengan Seirena cukup menyita nyaris seluruh otakku hingga aku tak kepikiran menghubunginya sekedar untuk menyakan keadaannya yang pasti tak jauh berbeda denganku.

Aku menarik napas yang terasa sesak di dada, mengambil ponsel dan berniat untuk menghubungi Diah, jariku seperti punya pikiran sendiri saat dia mengetikkan nama Seirena bukan Diah pada kolom pencarian di kontak ponselku, sedikit ragu tapi keinginan untuk mendengar suaranya mendorongku untuk menguhubunginya.

Gayung pun bersambut, panggilanku terjawab, aku menyapanya pelan dan tak ada balasan yang kudengar, hanya suara sunyi dan sedikit isakan tertahan, apa dia masih menangis? Sudah kuduga, dia pasti sangat terluka dengan perbuatannya sendiri, aku menghela napas lelah, lelah dengan semua keadaan yang sangat sulit kupahami, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan padanya, aku sudah mengambil keputusan untuk meninggalkannya dan bertanggung jawab, dan sebelum perasaan ini semakin berlarut-larut, setelah meningatkannya untuk makan aku segera memutuskan sambungan.

Ini yang terakhir, setelah hari ini aku harus benar-benar melupakannya, mungkin aku harus lebih giat memupuk rasa benciku terhadapnya, dan membuang cinta bodoh yang sempat kuagungkan.

"Haikal,"

Aku menoleh dan mendapati mama berdiri di ambang pintu kamar, beliau menatapku dingin, sisa kemarahan masih jelas di wajahnya, aku tidak menyalahkan mama atas sikapnya yang sepenuhnya menyalahkanku, karena mama tidak pernah tahu kebenaran dari kejadian ini, dan aku pun tidak berniat untuk memberi tahu beliau.

Seumur hidup mama tidak pernah sekalipun marah padaku, apalagi sampai memukul, mama selalu menyayangi dan bangga dengan yang kulakukan, biarpun hal yang kulakukan kecil, mama tetap memberikan senyum dan semangatnya untukku, tapi kali ini, untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku membuat mama kecewa, membuatnya marah sekaligus malu.

Sisi egoisku terkatang menjerit, menyuruhku untuk memberi tahu mama tentang semua kebenarannya, tapi pertanyaannya adalah apakah aku sanggup? Sanggupkah aku melihat kilatan kemarahan semakin bertambah di mata mama saat melihat Seirena? Kemarahan mama saat Seirena menghancurkan pesta pernikahan tante Saraswati saja belum surut sampai sekarang, apa jadinya jika mama mengetahui bahwa Seirena juga telah menghancurkah hidup anaknya.

ForgivenessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang