part 8

4.2K 298 2
                                    

Ini adalah pengalaman pertamaku duduk di sofa baru Niko yang berubah warna menjadi kuning, kalau tidak salah seminggu yang lalu Niko memang mengatakan ingin menggantai sofanya, tapi aku tidak menyangka dia akan memilih warna ini, setelah ditelusuri lebih lanjut ternyata dia mengganti sofa atas dasar permintaan Sarah, 'atas nama cinta' katanya, dan itu sempat membuatku mual.

Mungkin setelah menikah nanti, jika sarah ingin mengganti dekor dan cat rumah, Niko akan dengan senang hati mengizinkannya, bisa kubayangkan jika sofa saja sudah kuning, mungkin cat rumah akan berubah pink, lemari warna biru, kulkas penuh bunga-bunga, karpet warna-warni, dan langit-langit yang penuh lukisan awan dan bintang. Memikirkannya saja membuatku bergidik ngeri, jika itu sampai terjadi, aku tidak akan pernah mau datang ke apartement Niko lagi.

Untung saja, wanita yang kusuka bertipe seperti Seirena. Cantik, pintar membuat kue, dan seleranya dalam dekorasi ruangan juga bagus, hal itu terlihat dari betapa rapi dan elegan ruang kerjanya, memikirkannya saja sudah membuatku makin jatuh cinta.

"ngelamunin apa lo?"

Ughh, suara Niko menghentikan pikiranku tentang Seirena, dia memberi sekaleng minuman soda yang langsung kutegak.

"kemana lo semaleman? Gue denger lo pulang pagi,"

Hebat, bahkan gosip tentang diriku nyaris seperti gosip para selebriti yang langsung menyebar bak virus flu burung.

"biasa, ada urusan kerjaan," jawabku berbohong.

"nggak usah ngibulin gue,"

Apa aku sudah bilang, kalau membohongi Niko sama saja dengan berjalan di atas air. Imposible, dan aku tidak tahu bagaimana caranya dia bisa tahu kalau ada orang yang berbohong dengannya, apa jangan-jangan dia selama ini bisa membaca isi hati orang? Kalau dia punya bakat seperti itu harusnya dia menjadi paranormal saja, tidak perlu menjadi kepala kantor cabang bank swasta.

Baiklah, walaupun berat, sepertinya aku jujur saja dengan Niko, daripada masalah ini tak kunjung kelar.

"lo inget Seirena kan?"

"ya iyalah, siapa sih yang bisa lupa sama bidadari di pesta Wisnu itu," jawabnya biasa saja, seperti tiada beban sama sekali, dia bahkan mau menikah, masih sempat muji gebetan orang.

"semaleman gue sama dia," ujarku sambil menunduk.

Terjadi jeda yang cukup lama, Niko masih diam dan aku tahu apa yang dilakukannya saat ini, dia dengan tampang bloon dan gerakan yang terlalu didramatisir menyentuh dada seolah baru saja terserang penyakit jantung, dan dengan gaya menyebalkannya menggeleng tak percaya.

"dan kemarin yang ke dua," tambahku yang langsung membuat dia seperti habis ditembak mati.

Dasar lebay

"lo tau kan Kal, kalau gue nggak pernah serius nyuruh buat ngebuktiin kalau lo normal?"

"nggak sejauh itu," sanggahku cepat begitu tahu kearah mana dia akan membawa masalah ini, gila saja, aku belum ingin dicincang oleh kedua orang tuaku sebelum aku bisa membawa Seirena ke pelaminan, oh ya, membawa Seirena ke pelaminan? Sepertinya hal itu akan jadi misi terbesarku.

"syukurlah," terdengar helaan nafas lega dari Niko, "trus lo ngapain aja sama dia? Masa nggak ngapa-ngapain, jangan bilang lo nggak nafsu lagi," ugh ingin sekali kutimpuk kepala Niko itu dengan kaleng minuman soda di tanganku, tadi dia yang sepeti orang sakarathul maut, sekarang dia malah mengejekku, sebenarnya apa sih maunya dia.

"bokap nyokap lo udah tau?" tanya lagi, tanpa mau mendengar jawabanku untuk pertanyaan sebelumnya.

"belum, ntar aja, gue juga lagi dalam proses,"

"kelamaan, langsung ajakin nikah aja,"

Saran Niko membuatku mendengus kencang, ajakin nikah? Ingataku langsung berhembus ke beberapa jam yang lalu, saat aku dengan pedenya mengajak Seirena menikah dan berakhir dengan dia yang langsung memutuskan sambungan tiba-tiba, berkali-kali kucoba telepon, tapi tidak diangkat, dan aku jadi merasa sangat-sangat bodoh, seharusnya aku tidak melakukan itu, atau demi menyelamatkan keadaan, harusnya kuimbuhi kata 'bercanda' di akhir kalimat.

Saat itu aku sedang sangat bingung, memilih obrolan ala orang dewasa yang dia minta, dan tanpa sadar muncullah ide untuk mengajaknya menikah. Mana ada wanita sukses yang mau langsung diajak menikah tanpa mengenal satu sama lain dulu, kalau aku sih mau saja asalkan mempelainya Seirena.

Ya Tuhan, hubunganku dengan dia baru saja akan terjalin, tapi karena kebodohanku, aku malah merusak segalanya.

***

 Jam keberankatanku sebentar lagi, bahkan aku masih menunggu sms atau telepon dari Seirena di dalam pesawat, hingga seorang pramugari memperingatkanku untuk segera menonaktifkan ponsel. Ini benar-benar gawat, bagaimana bisa aku konsentrasi bekerja jika pikiranku masih dipenuhi tentang Seirena yang marah.

Apalagi, beberapa hari lalu muncul berita tentang kecelakaan pesawat, tidak menutup kemungkinan pesawat yang akan membawaku terbang sekarang juga jatuh, dan hal itu membuatku tambah resah, bagaimana jika pesawat ini benar-benar jatuh dan aku belum meminta maaf, atau setidaknya mendengar suara Seirena? Bisa mati penasaran aku.

Syukurlah keparnoanku beberapa waktu lalu tidak terjadi, karena aku akhirnya sampai dengan selamat di Semarang, setidaknya aku bisa bernafas lega sejenak mengetahui kenyataan bahwa aku mungkin masih bisa mendengar suara Seirena lagi.

Begitu sampai di hotel, otakku lumpuh total, aku hanya bisa terdiam di kamar sambil terus mengintai ponselku sendiri, sudah berpuluh-puluh sms dan telpon untuk Seirena, tapi belum ada juga balasan, setiap kutelpon yang menjawab adalah mbak-mbak operator, nasib bbmnya sama saja, masih bertahan dengan simbol dial.

Aku bangkin dari duduk dan berjalan mondar-mandir seperti seterikaan, apa yang harus kulakukan? Apa harus aku kembali terbang ke Jakarta dan bertemu Seirena? Itupun kalau dia mau bertemu dengannku, kalau tidak bagaimana? Sms saja tidak dibalas.

"aaarrgghhhh.....Seirenaaaa," jeritku frustasi.

Tiba-tiba terdengar suara notifikasi bbm dari ponselku, tanpa menunggu lama ku ambil dan kugeser layar ponsel dengan terburu-buru, dan sebelum takdir berkata lain, kubuka aplikasi bbmku.

Ada apa?

Aku tersenyum senang, lalu tanpa bisa kucekah tangaku sudah mendial nomor Seirena, dan akhirnya bunyi sambungan terdengar.

"halo?"

Aaakkhiiiirrrrrrnnyyyyaaaaaa......

***

Begitu tahu Seirena meluncurkan buku terbarunya, aku segera mendatangi sebuah toko buku, mencari di mana keberadaan buku itu, dan tak perlu bersusah payah, karena baru terbit, jadi stoknya masih banyak.

Ternyata tidak hanya satu buku yang dibuat oleh Seirena, ada tiga buku resep dengan seri berbeda, buku pertama berisi resep "Chocolove's Pudding", buku kedua tentang "Chocolove's Muffin" dan yang ketiga adalah "Chocolove's Colours" berisi tentang resep aneka kue warna-warni, dan yang paling kusukai dari ketiga buku ini adalah di halaman belakang terdapat foto Seirena mengenakan seragamnya berpose sangat cantik dengan senyum mega watt.

Kuputuskan untuk membeli ketiga buku tersebut, buku ini tidak akan kujadikan panduan untuk belajar membuat kue, melainkan akan kujadikan sebagai alibi untuk bertemu dengan Seirena lagi, bisa ditebakkan apa yang akan kulakukan? Benar, aku akan datang menemui Seirena dan mengatakan tidak sengaja menemukan buku resepnya, lalu dengan tampang polos meminta tanda tangan, dan berkata "aku telah menjadi fans beratmu".

Good idea Haikal.

 

TBC

***

hai hai hai

pagi menjelang siang, sibuk-sibuk mau menghadapi uts, aku sempetin post satu part.

hope u like it

don't forget to vomment

sana_ashia

ForgivenessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang