Part 23

3.2K 226 5
                                    

selamat baca

***

Seirena

"Gimana tante cantik, gambar Mar Mar cantik nggak?"

Aku mengangguk semangat sebagai jawaban untuk gambar cup cake Marissa yang sulit untuk dijelaskan bentuknya, tapi jika dibandingkan dengan gambar anak umur lima tahun lainnya, gambar Marissa jelas termasuk ke salah satu yang bagus.

Marissa memekik girang, lalu kembali berbalik dan melanjutkan mewarnai gambarnya dengan krayon di atas meja tamu di ruang kerja Haikal, aku menyandarkan kembali punggungku di sandaran sofa dan kembali melirik jam tangan, jarum pendek sudah berada di angka lima dan jarum panjangnya sudah berada di angka lima juga, itu artinya sudah satu jam lebih aku menunggu Haikal meeting.

Kembali ke satu jam yang lalu, aku memang sengaja muncul di kantor Haikal untuk memberinya beberapa cup cakes dan eclais, niatku ingin memberinya kejutan, tapi sayangnya saat aku sampai di lobi kantor, si resepsionis membawa pesan dari sekretaris Haikal bahwa bos mereka tengah meeting sejak jam tiga sore tadi dan belum pasti kapan akan selesai.

Aku sudah hendak akan pulang, sebelum kemunculan Hendra dan Marissa di parkiran mengurungkan niatku. Sama sepertiku kemunculan Hendra di kantor Haikal juga karena ingin menemui Haikal, tapi bedanya kalau aku bawa makanan dia membawa keponakannya yang super lucu itu untuk dititipkan.

Melihat Hendra aku jadi teringat perkelahiannya dengan Dimas tempo hari, tapi sepertinya persoalan di antara mereka sudah selesai, karena tak pernah kudengar Haikal menyinggung masalah mereka berdua, dan aku sendiri merasa tidak perlu untuk mengetahui apa masalah yang melilit mereka, karena aku merasa aku masih orang asing di sini, maka dari itu aku tidak pernah bertanya pada Haikal.

Akhirnya lewat Hendra yang memang sudah punya akses bebas untuk masuk ke ruangan Haikal, aku tidak jadi pulang dan berakhir di sini, menunggu Haikal sambil menemani Marissa menggambar cup cakes yang kubawa.

"Tante itu pacarnya om Haikal ya?"

Aku sedikit terkejut mendengar pertanyaan Marissa, anak ini yang umurnya masih lima tahun sudah tahu apa itu pacar-pacaran? Oke di zaman yang serba bebas seperti saat ini memang bukan hal yang menggemparkan jika anak-anak bisa mengetahui hal-hal yang belum pantas untuk mereka ketahui.

Aku menegakkan punggungku dan balas memandang Marissa yang saat ini tengah memandanku dengan mata bulatnya serta gaya yang sangat menggemaskan.

Kuanggukkan kepalaku sebagai jawaban, "Marissa tau darimana soal pacar?" tanyaku.

"Ya tau lah, kan om Dimas sama om Niko sering bawa cewek kalau main ke rumah, om Hendra juga punya pacar, namanya tante Malika, tante Stella juga tapi kalo tante Stella bawanya cowok," jelasnya bersemangat

Pantas saja Marissa bisa tahu hal-hal yang belum pantas diketahui oleh anak kecil, orang-orang yang mengelilingi Marissa saja seperti itu, bukannya aku mau bilang bahwa teman-teman Haikal adalah orang yang buruk, tidak, walaupun mereka kerap kali menggoda Haikal-sama halnya denganku dan Ardi- tapi aku juga dapat melihat bagaimana kuatnya kesetiaan kawan mereka, mereka ada di saat salah satu di antara mereka terbelit masalah, mereka saling menguatkan satu sama lain.

"Om Hendra udah dateng,"

Suara teriakan Marissa membuatku menghentikan lamunan singkat tentang Haikal dan teman-temannya. Di ambang pintu kayu jati yang berukir itu berdiri Hendra dengan cengiran bersahabatnya.

"Haikal belum selesai juga Sei?"

Satu hal yang kutangkap dari salah satu teman Haikal ini, yaitu sikap SKSD yang sangat kental.

ForgivenessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang