selamat baca
***
Haikal
Mataku masih belum beralih dari pemandangan di hadapanku, seseorang bernama Romi, yang baru saja dikenalkan oleh Seirena sebagai teman lamanya, tampak tengah membersihkan mulut anak laki-laki yang berlepotan, dia berulang kali menasehati anaknya untuk tidak terlalu banyak memakan gula, ya ampun apakah aku juga akan seperti itu nantinya jika mempunyai seorang anak? Mungkin, mengingat Seirena yang gemar membuat kue.
Pergerakan kursi di sampingku membuatku menoleh, dan mendapati Seirena duduk dan langsung menyapa si bocah laki-laki itu, "Rei...."
Oh jadi nama bocah itu Rei, Seirena tampak senang berinteraksi dengan Rei, malahan kini anak itu sudah beralih ke pangkuan Seirena, cocok sekali, sepertinya Seirena sudah sangat pantas untuk menjadi seorang ibu, seandainya yang dipangkuannya itu anak kami, lagi-lagi aku berandai-andai.
"Kenal Seirena udah berapa lama?" tanya Romi memutuskan pandangan dari Seirena.
"Belum genap tiga bulan," ingatku, kalau tidak salah.
Wajah Romi tampak terkejut, lalu dia menggelang takjup, "Belum genap tiga bulan dan kalian udah pacara aja? Waw gue aja harus ngejer-ngejer dia selama nyaris dua tahun baru diterima jadi pacarnya?"
Aku melongo, terkejut jujur saja, bukannya tadi saat perkenalan Seirena menyebutkan bahwa Romi adalah teman lama? Bukannya mantan lama. Oke sepertinya aku sedikit salah tangkap di sini.
Kulirik Seirena yang saat ini terlihat pura-pura tidak tahu, atau mungkin pura-pura tidak dengar, dasar, seharusnya aku sudah bisa memperkirakan, mana mungkin mereka hanya berteman, wanita secantik Seirena kan memang susah untuk hanya dijadikan seorang teman, mana kuat, kecuali si Ardi yang lain sendiri itu.
"Ehm.." aku berdeham, "Oh jadi kalian pernah pacaran,"
"Yaaahh, gitu deh," jawan Romi enteng, seperti tak ada beban sama sekali mengaku sebagai mantan pacar di depan pacar mantannya sekarang, yaitu aku.
"Berapa lama?" tanyaku ikut-ikutan bergaya santai.
"Berapa lama ya Sei?" tanyanya memandang Seirena yang sudah memberikan sinyal-sinyal untuk menyuruhnya diam, "Haaa, satu tahun, kita putus gara-gara nggak kuat LDR,"
***
Oke, sepertinya aku benar-benar sudah berubah menjadi ABG labil, uring-uringan sendiri karena mengetahui salah satu mantan pacar Seirena, dan yang membuatku tambah bad mood adalah ternyata mantannya Seirena nggak cuma satu tapi ada kira-kira....mungkin 30 laki-laki, begitu Romi berkata, dan oh ya ampun, itu berarti aku adalah laki-laki yang ke-31, beda banget ya sama aku yang-ehm- jomblo seumur hidup sebelum dipertemukan dengan Seirena.
Aku merasa sangat polos dan tidak berpengalaman, okelah awalnya aku cukup bangga karena Seirena menjadi yang pertama dan satu-satunya, tapi... setelah dipikir-pikir lagi, apalagi mengetahui tentang sepak terjang Seirena, aku jadi menyesal tak mengindahkan saran ke-empat sahabatku untuk pacaran.
Tapi ya sudahlah, semuanya sudah terlanjur, toh biarpun aku yang ke-31, semoga saja aku yang terakhir bagi Seirena.
Aku mengarahkan mobilku ke salah satu club kenamaan di Jakarta, begitu sampai aku langsung keluar dan melemparkan kunci mobil kepada petugas vallet, buru-buru aku masuk karena sudah telat sekitar...mungkin setengah jam lebih, biarlah toh juga aku janjian dengan ke-empat sahabat gilaku itu.
Tumben sekali mereka ngajak kumpul di tempat seperti ini, biasanyakan di cafe milik Stella, biar gratisan, beda kalau ini club yang tergolong mewah ini, masuknya saja mungkin sudah menghabiskan berapa digit angka nol dalam lembaran uang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgiveness
RomanceMasa lalu Sakit hati Dendam tiga serangkai yang selalu menghantui di sepanjang hidupku, tapi anehnya aku tidak pernah berpikir untuk melepaskan mimpi buruk itu. Tidak rela Walaupun berjuta umat menyerukan agar aku melupakannya, aku tetap tidak mau...