Hai aku kembali lagi dengan cerita baru, entah kenapa aku yang nggak begitu tertarik dengan teenlit tiba-tiba menjadi begitu tertarik, membayangkan tokoh dengan seragam putih abu-abu itu serasa bernostalgia dengan masa SMA dulu. Pastinya semua setuju kan kalau masa SMA itu memang yang paling indah.
Jadi kali ini aku membawa cerita dari masa yang paling indah.
Jangan lupa mampir juga di ceritaku yang ini judulnya CRAVING
Dan maaf jga bagi yang kaget dengan update ini ;)
***
"Aahhh sakiittt, lo bisa lembut sedikit nggak sih."
Aku masih nggak ngerti kenapa aku masih begitu peduli dengan manusia kasar satu ini. Padagal tugasku hanya membantunya belajar saja, bukan menjadi dokter pribadi yang seenak jidat bisa dia panggil. Demi tuhan ini tengah malam dan kami sedang berada di emperan mini market.
"Kalau lo nggak ikhlas ngobatin gue, mending pulang aja deh."
"Ngomong lagi, lo bakalan bener-bener gue tinggal."
Ancamanku berhasil membungkam mulutnya yang nggak berhenti mengeluh. Sebagai gantinya dia mengeluarkan suara rintihan yang sengaja dikeraskan, mungkin dia kira aku akan melembutkan gerakan membersihkan luka di tangannya. Jangan harap, justru saat ini adalah kesempatanku untuk balas dendam akibat kekesalanku yang telah memuncak.
"Kalau emang nggak kuat nahan sakit, kenapa juga sok jadi jagoan."
Aku menutup luka gores di tangannya dengan perban, kemudian berpindah mengobati luka di wajahnya. Ketika aku mengangkat pandanganku, saat itulah pandangan kami bertemu.
Tatapannya terasa berbeda, sejenis tatapan yang membuatku salah tingkah, aku nggak bisa mengalihkan mata, karena sejujurnya aku suka ketika Theo membuatku salah tingkah. Itu sejenis perasaan yang memalukan namun menyenangkan.
"Ucapan lo waktu itu ngebuat gue bingung."
Aku tahu jelas ucapan mana yang dia maksud.
"Kenapa harus bingung?"
Kepala Theo tertunduk, sehingha pandangan mata yang membuatku salah tingkah itu hilang.
"Gue cinta sama Agnesia, tapi pengakuan lo di puncak waktu itu nggak pernah bisa gue lupain, Na."
Untuk sesaat aku nggak bisa berkata, rasanya semua kosa kata yang sudah kuhafal seumur hidup hilang nggak bersisa. Mendengar nama wanita itu kembali disebut, membuat sudut hatiku tercubit.
"Kalau gitu jangan dilupain."
Aku merasa menjadi tokoh jahat dalam kisah ini, tapi aku nggak bisa menahan lagi, aku suka Theo dan aku mau dia jadi milikku.
***
S_A

KAMU SEDANG MEMBACA
Forgiveness
RomanceMasa lalu Sakit hati Dendam tiga serangkai yang selalu menghantui di sepanjang hidupku, tapi anehnya aku tidak pernah berpikir untuk melepaskan mimpi buruk itu. Tidak rela Walaupun berjuta umat menyerukan agar aku melupakannya, aku tetap tidak mau...