"Hey! Yang merasa sekelompok sama gue, Bagas Pramukti. Kumpul di sini, ya!" teriakan dari arah belakang.
Anggota kelompok Freya, namanya tertera di urutan ke enam. Saat berbalik, Freya mendapati cowok bernama Bagas masih berteriak mencari sisa teman kelompok.
Di sisi kiri terdapat dua gadis dan teman cowoknya. Di sisi kanan, berdiri seseorang yang menatap lurus ke depan, ke arahnya. Freya berpikir untuk pergi saja ketika mendapat tatapan tajam dari Saguna.
Sangat sial. Freya memaki di dalam hati. Hanya satu kata di kepalanya, KENAPA?
"Hai, kenalin gue Freya." Freya menghampiri yang lain.
"Oh, hi. Gue Bagas, salam kenal. Jadi kurang satu orang lagi, ada yang liat?" ujar Bagas masih mencari. Memang tak tertulis siapa ketua kelompok, tetapi jika kalian bertemu dengan sikap Bagas sekarang, pasti dapat dirasa aura kepemimpinan cowok tersebut.
"Maaf buat nunggu, tadi gue ke toilet dulu." datang anggota terakhir.
Bersamaan dengan itu. Guru dan satu pria lokal mengambil alih perhatian semua orang.
"Selamat datang SMA Taruna Bangsa. Senang bisa menerima kalian semua di sini." ujarnya. "Pertama-tama saya mau berterima kasih untuk partisipasinya. Kalian sudah mau ikut serta dalam menjaga alam sekitar. Seperti yang kalian liat sekarang bahwa sekitaran kita memang sangat terlihat indah."
Para siswa dan siswi mengedar pandang. Memang, terdapat aliran sungai nan jernih dihiasi air terjun yang cantik.
Tak jauh dari tempat mereka berdiri terdapat pos kecil, serta warung makan yang terbuat dari anyaman bambu.
"Tempat ini dibuka untuk umum, siapa saja boleh menikmati keindahan alam. Namun tempo hari kami sebagai pengurus mendapat informasi, air terjun viral di social media."
"Banyak orang berbondong-bondong datang. Kami sangat gembira, tetapi sayangnya mereka pulang meninggalkan banyak sampah plastik yang tidak dapat terurai, tak banyak fasilitas menjadi rusak juga."
"Lihat di belakang kalian."
Semua menengok serentak.
"Ada sekumpulan anak muda datang lalu menangkap gambar. Tetapi tembok kami dicoret sesuatu, mungkin untuk dijadikan latar belakang gambar?"
Saguna terkejut. Di tembok tertulis nama perkumpulan Canopus. Manusia-manusia bodoh. Para anggota Liberios saling pandang memberi isyarat, saat Dareen yang memimpin kejadian seperti ini tidak pernah terjadi.
Mendapati itu, Freya menoleh ke arah Saguna sekilas. Ia pikir anggota Liberios cukup sensitif dengan kata 'Canopus'.
"Saya banyak berterima kasih kepada adik-adik semua. Sekali lagi, terima kasih banyak karena mau membantu."
Ada rasa senang di hati Freya. Ia merasa sangat dibutuhkan dan bisa menjadi seseorang yang berguna ketika mendengar perkataan pengurus tempat. Freya merasa bisa diandalkan dan sangat dihargai.
Setelahnya. Setiap kelompok melakukan pekerjaan berbeda, mereka diarahkan dan dibantu. Semua berjalan normal.
Faktanya ini sungguh menyenangkan. Bisa bercanda juga mengetahui hal baru tentang air terjun tersebut. Banyak murid yang sesekali bermain, membasahkan kaki mereka di dalam dinginnya air terjun tersebut.
"Frey, tolong oper karung sampah di samping lo, dong." pinta seseorang.
"Oke." ujar Freya memberikan. Kelompok Freya mendapat bagian memungut sampah. banyaknya sampah plastik berserakan, bahkan hingga area air terjun.
"Karungnya udah penuh, jangan dipaksa." ujar Saguna mengambil alih karung dari tangan Freya sebelum gadis itu merespon, menukarnya dengan karung baru yang tadi ia bawa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Saguna
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Spin off cerita "Aksara" dapat dibaca terpisah <3 "Bisa diam gak?" "Jangan ganggu gue!" "Gue bukan pacar lo, Frey." Saguna Zayyan, cowok super dingin mengalahkan tumpukan salju di Kutub Utara. Setiap hari selalu dius...