Halo! Apa kabar kalian semuaa?
Maaf yaa baru bisa update di karenakan ada yang lagi patah hati eaaa! Eh engga, lagi gak enak badan hehe.
Buat kalian yang masih stay nungguin cerita ini makasii banyakk yaa! Love uuuuuu>3
Selamat membaca!
********
Setelah kesadarannya sudah terkumpul kembali, Rara membuka matanya secara perlahan. Pandangan pertama yang ia dapati adalah Pak Sandi dan Pak Pramuja sedang menatapnya balik.
"Kamu kenapa?" tanya Pak Sandi.
"Saya sudah tau pak, siapa pelakunya." ungkap Rara membuat kedua polisi itu penasaran.
"Siapa?" tanya Pak Sandi dan Pak Pramuja secara bersamaan.
"Om Haris sama Kak Rama," balas Rara.
Pak Pramuja menelpon personil lainnya untuk segera bertindak. Sedangkan Pak Sandi masih menemani Rara di tepi danau.
"Kamu bisa lihat semua kejadian lewat sentuhan? Hebat banget ya, kamu. Saya jadi pengen punya kemampuan kayak kamu agar lebih mudah untuk proses penyelidikan kasus yang lain," kata Pak Sandi.
"Bapak jadi diri sendiri aja udah hebat, udah bisa bantu membuka kasus ini lagi," balas Rara sambil menatap lurus kedepan.
"Kamu kenal nggak, sama pelakunya?"
Rara mengangguk,"Kenal Pak, Om Haris itu ayah temen saya yang udah meninggal. Kalo, Kak Rama itu kakak sahabat saya." ia memelankan dua kalimat terakhirnya.
"Sahabat yang ngefitnah kamu itu? Dan yang meninggal itu anak tersangka?" tanya Pak Sandi yang masih penasaran.
"Iya, Pak."
"Rumit sekali masalah yang kamu hadapi, mana saling berhubungan satu sama lain lagi."
Rara tersenyum kecil."Ya gitu deh,"
"Orangtua kamu pasti suport system 24 jam buat kamu ngehadepin masalah ini." celetuk Pak Sandi tiba-tiba membuat Rara terdiam.
Seharusnya memang seperti itu, di keadaan yang seperti ini kedua orangtuanya harus selalu mendampingi, menguatkan, meng-suport. Pokoknya selalu ada. Tapi apa, semuanya berbanding terbalik dengan apa yang Rara pikirkan. Sungguh miris.
"Gak, Pak. Itu semua gak kaya yang Bapak pikirin. Orangtua saya malah enggak percaya sama saya dan ngusir saya." Rara tertawa hambar, menertawai dirinya sendiri.
Pak Sandi terkejut mendengar apa yang di katakan Rara barusan."Serius? Jadi, kamu--"
"Lanjut bertugas Sandi, kita mau berangkat ke rumah pelaku yang sudah di lacak oleh personil." potong Pak Pramuja.
"Siap Pak Tua!"
Pak Pramuja mendengus kesal,"Dasar anak tengil!"
*******
Malam itu Pak Pramuja datang ke kediaman rumah Rama--tersangka kasus pembunuhan sekaligus perampokan. Kali ini, Pak Sandi tak ikut karena sedang ada tugas lain yaitu menangkap Haris--ayah Zoya. Sedangkan Aurora--gadis itu sudah pamit sejak sore dan mengatakan jika besok akan datang ke Polres ini lagi.
Di rumah Rara terlihat sepi karena jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Kemudian, Pak Pramuja mulai mengetuk pintu.
Setelah menunggu beberapa saat, pintu terbuka menampilkan seorang gadis yang memakai piyama tidur berwarna pink dengan ekspresi terkejut.
"Mmm...ada apa ya pak?" dengan memberanikan diri, Melati bertanya.
"Apa benar ini rumah saudara Rama?" tanya Pak Pramuja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora [END/BELUM REVISI]
Подростковая литература[PART DI PRIVAT SECARA ACAK, FOLLOW TERLEBIH DAHULU] -Tentang aku, dia dan yang tak terlihat- Ini kisah Aurora atau yang sering di panggil Rara, gadis berparas cantik dengan kemampuan indigo yang ia miliki. Ia termasuk siswi kebanggaan di sekolahan...