55. Berusaha Berdamai

164 17 18
                                    

AURORA UPDATE LAGI, SENENG GAK?

BENTAR LAGI END DEH BENERAN GAK BOONG!!

SELAMAT MEMBACA! SEMOGA KALIAN SUKA YAAA!

**********

Berita tentang Thesa yang keguguran karena ulahnya membuat Rara menangis dalam diam. Ini kesalahannya, walaupun tidak di sengaja. Usai kejadian itu juga Athala memarahi dan memakinya di depan siswa-siswi yang berlalu lalang di lapangan.

Jangan tanya bagaimana hati Rara sekarang. Hancur. Bukan karena Athala, bukan. Tetapi Papa-nya yang masih mendiami dirinya semenjak kejadian itu. Beberapa minggu menjelang Ujian Nasional malah dirinya tidak fokus sama sekali.

Sekarang, Athala dan Rara seperti orang asing yang tidak mengenal satu sama lain.

Di dalam kelas Rara menelungkupkan wajahnya di atas meja. Gadis itu terisak pelan, minggu-minggu terakhir menjelang kelulusan tidak ada sahabat di sampingnya---Melati. Tidak ada Athala dan tidak ada Thesa. Huh, ternyata semua hanya impian yang tidak akan pernah jadi kenyataan.

Menyakitkan emang, tapi itulah kehidupan Rara. Setelah masalah satu selesai, tumbuh masalah lagi.

Tiba-tiba, ada tangan yang membelai rambutnya, gadis itu mendongak. Mendapati Azka yang sedang tersenyum. Aish, kenapa senyumannya manis sekali?

"Nangis mikirin itu lagi, hm?" tanya Azka.

Rara mengangguk."Hidup gue ngerasa gak tenang,"

Azka menghela napas."Sebentar lagi Ujian, Ra. Lo harus fokus belajarnya, jangan mikirin kejadian itu lagi. Oke?"

"Gak bisa, Ka... itu susah buat gue lupain,"

"Kita ke perpus yuk?" ajak Azka sengaja supaya Rara bisa melupakan itu sejenak.

Gadis dengan mata sembab itu mengangguk menyetujui.

***********

Sekarang, Rara dan Azka sedang berada di kantor Polisi untuk menghadiri sidang Melati. Tak hanya mereka, Papa Rara dan juga Mama Melati ikut hadir.
Ketua Hakim memutuskan Melati di penjara selama 5 tahun, karena belum cukup umur dan kasus ini hanyalah ketidaksengajaan bahkan pihak korban malah memilih Melati untuk tidak di penjara. Tapi karena ada unsur pencemaran nama baik terhadap Aurora, Melati tetap di penjara.

Gadis itu menunduk dalam diam, ia tak berani menatap orang-orang di sekitar. Sebelum di bawa sipir wanita ke sel tahanan, Melati di perbolehkan bertemu dengan keluarganya.

Eva memeluk tubuh putrinya membuat Melati menangis dalam dekapannya.

"Maafin Melati, ma..." Melati melepas pelukan itu,"Melati janji, setelah Melati keluar dari penjara, Melati bakal berubah jadi lebih baik lagi," ujarnya.

Eva tersenyum mendengar penuturan putrinya."Jaga kesehatan terus ya, kalo ada apa-apa telfon mama. Mama juga janji, bakal ngeluangin waktu Mama buat ketemu kamu, oke sayang?"

"Oke ma," Melati mengecup singkat pipi Mamanya.

Manik mata Melati beralih menatap Aurora---sahabat yang sudah ia sakiti dan di khianati. Apakah masih pantas di panggil sahabat setelah perlakuannya dulu?

Gadis itu menunduk dalam, rasa bersalah kini kembali menyerang hatinya. Ingin meminta maaf lagi, tapi ia malu dan merasa tidak pantas untuk mendapatkan maaf.

Melati menghindar, tapi Rara malah memeluknya erat. Rara masih menganggap Melati sebagai sahabatnya.

"Ra---"

"Diem, Mel. Gue kangen sama lo," ujar Rara membuat hati Melati menghangat.

"M-makasih, Ra..."

Rara menatap Melati dengan tulus."Lo itu sahabat gue, selamanya bakal jadi sahabat gue. Gak usah minta maaf karena kejadian itu, oke? Kubur kenangan kelam itu dalam-dalam, dan kita memulai masa depan dengan damai."

Aurora [END/BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang