Jangan jadi silent readers, oke?
Vote + komen sebanyak-banyaknyaa-!!
Selamat membaca<3
*******
Membuka kasus yang sudah dua tahun yang lalu di tutup memang bukan hal mudah. Apalagi, bukti-bukti belum cukup kuat dan kasusnya ini kasus pembunuhan berantai juga perampokan. Rara sudah menjelaskan semuanya secara rinci tapi pihak polisi masih belum percaya apa yang Rara katakan. Menurutnya, yang di ceritakan Rara itu seperti hal yang mustahil sekali dan juga aneh.
"Pak, tolong bantu buka kasus ini, pliss...bantu saya pak,," pinta Rara sambil memelas.
Polisi tersebut masih tidak mau mengurus kasus ini, alasannya dia sibuk untuk mengurus kasus lainnya. Sudah beberapa kali Rara membujuk lagi, tapi masih sama. Polisi itu masih tetap pada pendiriannya, dia menolak mentah-mentah.
Sedangkan, polisi yang berada di sampingnya itu seperti ingin membantu membuka kasus ini. Tapi sepertinya dia takut membantah perintah Polisi yang jabatannya lebih tinggi darinya.
"Jahat banget, Bapak enggak bantu saya membuka kasus ini lagi. Ada jenazah yang belum di temukan lho, pak, di danau. Apa bapak enggak kasian? Bapak enggak punya perikemanusiaan ya, pak? Udah dua tahun lho pak, kasus ini di tutup gitu aja, sedangkan pelakunya masih bisa berkeliaran bebas?" tanya Rara memberanikan diri berbicara seperti itu kepada polisi di hadapannya.
Kedua polisi itu terdiam, hati mereka seperti tersentil. Memang ada benarnya yang Rara katakan.
"Jadi, bapak bisa tolong saya 'kan?" tanya Rara memastikan.
Keduanya mengangguk ragu-ragu. Salah satu polisi itu menulis sebuah laporan, sedangkan polisi yang lain menanyakan semuanya kepada Rara.
"Kamu bener-bener indigo? Kamu bisa enggak ramal saya kalau beberapa tahun yang akan datang jodohnya sama siapa?" celetuk polisi yang paling muda di sini. Bisa-bisanya di posisi serius seperti ini polisi bername tag Sandi Pramuja yang masih berpangkat Ajun Brigadir Polisi Dua (ABRIPDA) itu menanyakan hal ini kepada Rara.
Rara tersenyum canggung kearahnya,"Maaf ya, Pak. Saya itu indigo bukan peramal hehe," balasnya di akhiri kekehan kecil.
Polisi satunya menjitak kepala Pak Sandi dengan keras sehingga meringis pelan, sepertinya mereka berdua sudah sangat akrab.
"Kamu ini ada-ada saja! Ayo lanjut nulis laporannya!" suruh polisi yang bername tag Pramuja Seva. Pangkatnya lebih tinggi dari pada Pak Sandi, dia sudah menjadi Komisaris Jendral Polisi (KOMJENPOL).
"Maaf, Yah..."
Oh, Rara sekarang paham. Kedua polisi itu ternyata Ayah dan Anak. Pantas saja Pak Sandi seperti begitu patuh pada Komisaris Jendral itu.
"Kita bisa ke TKP sekarang juga 'kan?" tanya Rara.
"Boleh. San, kumpulkan semua personil untuk menjalankan misi ini." suruh Pak Pramuja kepada anaknya.
"Baik,"
Setelah semuanya sudah terkumpul di aula kantor polisi, Pak Pramuja memberi pengarahan sebentar kepada personilnya dan segera berangkat ke TKP.
*******
Sudah empat lebih Polisi bersama timsar mencari jenazah Olivia di danau ini. Mungkin di sebabkan oleh danau yang begitu dalam dan luas jadinya susah untuk proses pencarian.
Sedangkan Rara, gadis itu menemani Pak Sandi mengitari sisi rumah mewah yang menjadi tempat pembunuhan dua tahun lalu. Sesekali Pak Sandi tersenyum kecil kearah Rara entah apa maksudnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora [END/BELUM REVISI]
Ficção Adolescente[PART DI PRIVAT SECARA ACAK, FOLLOW TERLEBIH DAHULU] -Tentang aku, dia dan yang tak terlihat- Ini kisah Aurora atau yang sering di panggil Rara, gadis berparas cantik dengan kemampuan indigo yang ia miliki. Ia termasuk siswi kebanggaan di sekolahan...