"Papah mau nikah lagi."
Mata Rara memanas, cairan bening lolos begitu saja tanpa seizinnya mendengar penuturan papahnya.
"Rara gak setuju pah,"ucap Rara dengan tubuh bergetar.
"Keputusan papah sudah bulat nak,"ucap Doni dengan entengnya.
"Rara gak mau hiks.."tolak Rara mentah mentah.
"Ra..tolong ngertiin papah ya?sekali aja,"ucap Doni dengan lembut.
"Rara tetep gak mau pah,y ang Rara mau cuma mama sama papah kaya dulu lagi hiks.."keukeuh Rara sambil menangis.
"Sebentar lagi calon ibu kamu datang sama anaknya, kamu siap-siap aja,"ucap Doni meninggalkan Rara yang termenung.
"Apa ini yang terbaik?"gumam Rara berlari menuju kamarnya sambil mengunci pintu.
Rara terisak pelan memeluk lututnya,tiba-tiba ada tangan mengelus rambutnya.Rara mendongak ke atas mendapati Julian yang tengah menatapnya.
-Kamu kenapa nangis?-
"Aku gapapa Jul,"ucap Rara mengusap air matanya kasar.
"Aku ke kamar mandi dulu,"sambungnya meninggalkan Julian.
Rara sudah siap dengan dress hitam selutut, ia hanya memakai bedak sangat tipis dan terkesan cantik alami. Ia pun menuruni tangga dan melihat seseorang yang tak asing menurutnya, matanya membola ketika tahu dia adalah Leanne. Kakak kelas yang sangat terobsesi dengan Athala dan membenci dirinya. Sedang apa dia kesini?batinnya bertanya-tanya.
Leanne pun sama terkejutnya melihat kehadiran Rara di sini. Pikirannya berkecamuk,apakah dia calon adik tirinya?pikir Leanne. Kemudian Ia tersenyum miring, Leanne akan berpura-pura baik di hadapan calon papanya.
"Lo Rara kan?sini duduk bareng gue,"ucap Leanne sok lembut mempersilahkan Rara duduk.
"Kalian saling kenal?"tanya Doni.
"Dia adik kelas aku om,"ucap Leanne sambil tersenyum tipis.
"Bagus dong,udah saling kenal,"sahut Mama Leanne.
"Iya om,"ucap Leanne.
"Panggil papah aja,sama kayak Rara.Kan sebentar lagi, om akan jadi papah kamu,"
"Iya pah,"ucap Leanne tersenyum kemenangan sambil melirik Rara yang sedari tadi diam.
"Sayang, kenalin ini calon mama kamu namanya Tiara, dan ini kakak tiri kamu Leanne,"ucap Doni menunjuk satu persatu calon anggota baru keluarganya membuat Rara mendengus sebal.
"Aurora tante,"ucap Rara mencium punggung tangan Tiara.
"Panggil mama aja sayang,"ucap Tiara lembut.
"Acaranya nikahnya besok nak,"ucap Doni menatap Rara. Yang di tatap pun kaget,mengapa secepat ini?Huh!Rara harus sabar.
"Terserah papah aja,"pasrah Rara membuat Tiara dan Doni tersenyum.
"Mas,kita pulang dulu ya. Assalamualaikum,"pamit Tiara diikuti Leanne.
"Besok mau nggak usah berangkat, udah papa izinin ke wali kelas kamu,"papar Doni membuat Rara mengangguk pasrah.
"Rara ke kamar dulu, good night pah,"ucap Rara berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
Pikirannya kemana-mana. Sebentar lagi dirinya akan seatap dengan orang yang ia benci,Leanne. Rara harus hati-hati karena sifat licik Leanne yang sering membolak-balik kan fakta untuk mencari perlindungan. Huh!mimpi apa semalam?kenapa Rara harus di takdirkan jadi adik tiri si nenek lampir itu!Ia lebih memilih tidur daripada memikirkan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora [END/BELUM REVISI]
Fiksi Remaja[PART DI PRIVAT SECARA ACAK, FOLLOW TERLEBIH DAHULU] -Tentang aku, dia dan yang tak terlihat- Ini kisah Aurora atau yang sering di panggil Rara, gadis berparas cantik dengan kemampuan indigo yang ia miliki. Ia termasuk siswi kebanggaan di sekolahan...