33. Di usir

145 24 7
                                    

Happy Readinggg.

******

Kini, Rara sudah tiba di rumahnya. Siang ini, semua murid di pulangkan lebih cepat karena besok akan di adakan bazar. Rara melangkahkan kaki jenjangnya masuk ke dalam rumah di kejutkan dengan koper pink beserta tas yang berjajar di atas meja ruang tamu.

"Assalamualaikum." salam Rara tapi tidak ada menjawab. Padahal, di ruang tamu terdapat Leanne, Tiara dan juga Doni.

"Masih punya muka untuk pulang, hah?!" bentak Doni.

"Pa, maksudnya ini apa? Kok koper-koper aku di taro di sini?" tanya Rara.

"Sekarang, kamu keluar dari rumah ini! Rumah ini tidak menampung pencuri seperti kamu," papar Doni.

Rara terkejut mendengarnya. Bahkan di saat ia mengalami masa sulit seperti ini malah Papa-nya mengusirnya. Yang di pertanyakan Rara adalah, kenapa Papanya tidak mempercayainya sama sekali?

Gadis itu memilih untuk menggeret kopernya dan berjalan keluar rumah tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Oh Tuhan, kenapa keadaannya jadi begini sih?

Hari sudah mulai sore, jalanan Kota Bandung begitu sepi. Pasalnya, udara pada sore ini sangat dingin. Rara mengambil jaket dari dalam tas lalu memakainya. Ia pun menelpon Juna agar cowok itu menjemputnya di sini.

Juna awalnya tidak percaya dengan apa yang di katakan lewat telepon. Akhirnya, dia pun mengangguk. Sungguh berat beban Rara kali ini.

Cowok berjaket hitam itu memberhentikan mobilnya, dia membantu Rara menaruh koper ke dalam bagasi mobil. Juna menjalankan mobilnya dengan kecepatan rata-rata.

"Jun, kok kesini sih?" tanya Rara heran, karena arah rumah Juna itu ke Barat bukan ke Timur.

"Ke apartemen."

"Lho? Kok?"

"Nyokap gue sama Nyokap lo pergi ke Yogyakarta, nenek Asri lagi sakit, Ra. Terus bokap gue lagi ada tugas di luar negeri." ujar Juna.

"Lah terus? Rumah lo gimana?"

"Rumah gue kan besar, takut nanti ada hantu." ujar Juna pelan membuat Rara terkekeh kecil. Ia baru ingat, jika sepupunya itu takut dengan hantu.

Ngomong-ngomong dengan hantu, Rara jadi lupa bertanya tentang hantu yang menganggunya waktu itu kepada Xelin. Apa besok aja ya?

"Lo ngelamunin apa sih?"

"Gue gak ngelamunin apa-apa kok."

Sesampainya di apartemen, Juna membawa koper Rara masuk ke dalam apartemen miliknya. Rara meletakkan tasnya di atas meja, lalu membaringkan tubuhnya di sebuah sofa panjang berwarna merah.

"Lo tidur di kamar aja, gih. Biar gue yang tidur di sofa" suruh Juna.

"Ini masih sore, gue mandi dulu ya"

Juna pun mengangguk mengiyakan. Cowok itu berjalan menuju dapur untuk memasak buat makan malam ini. Untungnya di dalam kulkas masih ada sayur, daging, telur, mie, sosis dan aneka minuman. Juna menyediakan semua itu hanya berjaga-jaga jika temannya ingin menginap di sini.

Kali ini, Juna akan membuat seblak mie. Cowok itu mulai memotong satu persatu bahan-bahan yang akan dia cemplungkan ke dalam wajan. Lalu, Juna menghaluskan bumbunya dengan cara di blender. Mana mau cowok nguleg bumbu, ya gaseeh? Canda:v

Lanjut, setelah semua bahan sudah Juna cemplungkan, cowok itu hanya memunggu kuah seblaknya mendidih.

Selang beberapa menit, Juna menyajikan hidangannya ke dalam dua mangkok bergambar jago di atas meja. Tepat Juna selesai masak, Rara keluar dari kamar mandi dengan memakai kaos oversize berwarna putih dan celana training di bawah lutut.

Aurora [END/BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang