46. Sebuah Fakta Yang Menyakitkan(2)

173 23 2
                                    

Selamat membaca!

********

Thesa menatap tubuhnya di depan cermin. Perutnya sudah mulai membesar, sedikit sih. Usia kandungannya sudah menginjak lima belas minggu, alias hampir empat bulan. Berat badannya pun naik, yang dulunya 47 kg, sekarang 54 kg. Namun, sampai detik ini kedua orangtuanya belum mengetahui kehamilannya.

"Duh, gimana ini? Perut gue makin besar..." cicit gadis itu.

Ia tak bisa membayangkan jika nanti semua warga sekolah tau kalau dirinya sedang hamil. Apalagi Rara? Dia pasti syok ketika tau ayah anak kandungannya adalah Athala.

Thesa juga belum bertemu Athala lagi setelah kejadian yang merenggut mahkotanya, yang di pertanyakan, apa Athala lupa akan ini semua?

Thesa menghapus jejak air matanya, tangan satunya mengelus perutnya sendiri."Maafin mama nak..."

"Mama? Maksud kamu apa Thesa?!" tanya Gita--Bunda Thesa yang tiba-tiba menghampirinya dengan tatapan tajam dan menelisik.

Thesa terkejut sekali ketika Bundanya mendengar ucapannya tadi, ia harus apa?

"Bund, t-tadi Thesa cuma akting kok hehe." ujar Thesa berusaha tenang.

Gita terdiam sejenak."Sudah berapa bulan kamu telat datang bulan, Sa?"

Demi apa, kenapa Bunda-nya tau?

"Emm i-itu..."

"Sudah empat bulan 'kan? Bunda tau sayang, soalnya tanggal dapetnya kita 'kan cuma beda 2 hari. Cek ke dokter ya? Bunda takut kalo anak kesayangan bunda kenapa-kenapa." ujar Gita sambil tersenyum.

Melihat senyum Bunda-nya, membuat hati Thesa seperti di remas-remas. Kenapa rasanya sesakit ini? Mengecewakan orangtua yang telah memberinya kasih sayang?

"Sa?" panggil Gita.

"G-gak perlu, Bunda. Thesa jamin, pasti beberapa hati ke depan Thesa pasti dateng bulan lagi." kata Thesa berusaha meyakinkan.

Dalam hatinya ia menangis."Maafin Thesa udah bohongin Bunda," batinnya.

Kemudian, Gita mengangguk,"Yaudah, Malem ini Bunda tidur sama kamu ya? Udah lama banget kita nggak tidur bareng."

"Gimana ya bund? Thesa--"

"Udah ih, mumpung Ayah kamu lagi di luar kota."

Akhirnya, Thesa mengangguk pasrah."Oke,"

Gita membaringkan tubuhnya di samping anaknya yang masih tidur membelakinya. Tangannya mengelus lembut rambut bersurai hitam milik anaknya.

"Perasaan baru kemaren anak Bunda masuk TK, eh sekarang udah mau lulus SMA aja. Waktu cepet banget ya? Bunda masih inget pas kamu waktu kecil pengen punya adik sampe-sampe nyuruh Bunda nyulik bayi tetangga." ujar Gita sambil terkekeh.

Thesa membalikkan badannya ikut terkekeh."Lagian, Thesa di rumah sendirian nggak ada temen. Ya, Thesa pengen punya adiklah kaya temen-temen lain."

"Sekarang masih pengen punya adik?" tanya Gita tersenyum jahil.

Thesa menggeleng."Gak mau Bunda Thesa---"

Tiba-tiba ia mual. Thesa langsung beranjak dari tidurnya dan berlari menuju wastafel.

"HUEK!"

Setelah mencuci mulutnya, dan lagi-lagi. "HUEK!"

"Yaampun, kenapa mualnya pas lagi sama Bunda sih. Nak, jangan lagi ya." gumam Thesa.

Thesa tidak sadar jika Bunda-nya berdiri di pintu kamar mandi."Apa ini akting lagi Thesa?" suara Gita terdengar bergetar, air matanya pun kini mengalir deras.

Aurora [END/BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang