58. Detik-Detik Bersamamu

237 20 4
                                    

SELAMAT MALAM!

GIMANA? UDAH SIAP BACA PART INI?

YEAY! SATU PART LAGI END YUHU!😩💕

SELAMAT MEMBACA!

*********

Setelah memanggil salah satu dokter, akhirnya mereka semua yang ada di dalam ruangan memilih untuk keluar.

Athala dan Thesa justru pamit pulang, sedangkan Juna, Azka dan Papa Rara masih setia menunggu Rara kembali sadar.

Tak berselang lama, Doni di panggil salah satu suster untuk segera menemui dokter yang ingin membicarakan suatu hal penting.

Di ruangan kerja Dokter yang berumur sekitar tiga puluh tahunan itu Doni duduk karena di persilahkan. Dalam hatinya, pria paruh baya itu bertanya-tanya kenapa dirinya di panggil di sini, ada apa sebenarnya?

"Jadi, begini Pak Doni. Putri anda sudah lama mengidap penyakit leukimia. Karena kecelakaan ini cukup parah, dan membuat kepala putri anda cedera berat. Untungnya, dia tidak amnesia." tutur Dokter itu.

Doni mengerjapkan matanya, seakan ini semua hanya mimpi. Tapi ini nyata.

"Jadi?"

"Kemungkinannya, ia akan amnesia sebagian atau kepalanya akan merasa sakit yang luar biasa ketika melihat orang yang menyakitinya di masa lalu. Lebih baik kita berdoa supaya kemungkinan itu tidak terjadi," balas sang Dokter.

"Putri saya masih bisa di selamat' kan, dok? Terus, kira-kira kapan dia sadar?" tanya Doni dengan serius.

Dokter yang di ketahui bernama Arta itu menghela napas sejenak."Saya tidak tahu kapan pastinya dia sadar. Dan yang pasti, dia akan selamat Pak. Kejadian tadi cuma karena putri anda belum siap melihat kalian semua,"

"Baik dok, terima kasih atas infonya," kata Doni.

"Sama- sama Pak Doni," balas Dojter di iringi senyum tipis.

Doni melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu. Ia menghampiri dua anak muda yang kini masih setia menunggu di depan kamar rawat anaknya.

Doni berdehem singkat memecahkan keheningan."Kalian mau makan nggak? Om mau keluar cari makan soalnya,"

Juna mengangguk mengiyakan namun Azka hanya diam tidak merespon sama sekali.

"Azka?" panggil Doni.

Azka menatap Papa Rara kemudian bertanya."Ada apa om?"

"Dari semalem kamu nggak tidur, mending kamu pulang nak, atau mau makan dulu sama Om?" tanya Doni.

Azka menggelengkan kepalanya."Saya mau tetep di sini aja, om. Dan saya nggak mau makan," tolaknya.

Doni tersenyum."Om tau, kamu khawatir banget kan sama Rara? Tapi tolong jangan gini, pikirin kesehatan kamu juga nak, emang Rara seneng kalo pacarnya nggak mau makan kayak gini?"

"Saya mau makannya di suapin Rara aja, om." ujar Azka tanpa malu.

Mata Juna dan Doni seketika melebar.

"Bisa-bisanya ya kamu," Doni geleng-geleng kepala.

"Bucin boleh! Tapi pacar lo tuh lagi sakit," cibir Juna.

"Napa lo, iri?" tanya Azka judes pada Juna.

"Ngapain iri? Gue mah sama Dara mau langsung tunangan, emang lo?" ledek Juna.

Azka mendengus sebal, sedangkan Doni terkekeh ringan.

"Ngomong-ngomong, kamu nggak pulang emang nggak di cariin sama orangtua kamu?" tanya Doni tiba-tiba.

Aurora [END/BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang