52. Pelukan hangat

153 20 5
                                    

Selamat membacaa!

Maaf adegan ini sedikit membuat baper hhh🚫

********

Malam itu, sepasang suami istri sedang duduk berdua di balkon kamar. Menatap bintang-bintang yang bertebaran sambil meminum coklat panas. Kedua jari-jari mereka saling menggenggam erat.

Thesa. Ia menatap suaminya heran, tumben sekali Athala mengajaknya kesini. Ini untuk pertama kalinya setelah pernikahan yang di gelar beberapa bulan yang lalu.

"Tha, ini beneran kamu?" tanya Thesa.

Athala tersenyum manis kemudian mengecup singkat bibir ranum istrinya."Kenapa? Ada yang salah? Aku sekarang sedang belajar mencintai kamu dan ngelupain Rara,"

Perlakuan Athala tadi dan perkataannya membuat tubuh Thesa mematung. Pipinya seketika merona.

"Kok diem? Mau lagi?" tanya Athala menggoda, ia mendekatkan wajahnya membuat Thesa menutup matanya. Tapi, Athala malah mencium perut besar Thesa berkali-kali.

"Anak Ayah atau anak Papa nih?"

Thesa mencibikkan kesal."Anak dugong!"

Athala tertawa renyah."Ngambek? Sini, sayang."

Athala membawa Thesa ke dalam pelukannya. Ternyata pelukannya lebih nyaman di banding berpelukan dengan Rara dulu. Aroma tubuh istrinya sangat memabukkan.

Tangannya mengelus lembut punggung istrinya. Thesa hanya pasrah, saat ini jantungnya berdegub tidak karuan.

"Kamu nggak boleh capek-capek ya, entar baby-nya ikutan capek," ujar Athala lembut.

Thesa mengangguk."Itu pasti."

"Thesa?" panggil Athala dengan nada serak.

Tubuh Thesa meremang seketika, ia memilih menjauhkan diri dari Athala.

"A-apa?" tanya Thesa gugup.

Tawa Athala pecah."Kenapa gugup? Aku cuma mau cium kamu lagi boleh?"

Sontak Thesa memukul lengan suaminya berkali-kali karena sangat kesal.

********

Hari Minggu ini, Azka sedang menunggu Rara di depan rumah yang terbilang kecil. Masih ingat Bu Ana? Ya, sampai saat ini Rara masih tinggal di rumah tersebut.

Kali ini Azka akan mengajak Rara ke suatu tempat.

Rara membuka pintu, gadis itu memakai kaos oversize berwarna hitam dengan gambar topi di padukan dengan celana jeans kulot berwarna biru terang. Rambutnya yang terurai bebas membuat aura cantiknya begitu kental. Tidak janjian, kenapa Azka sama-sama memakai baju berwarna hitam dan celana jeans berwarna biru terang? Bedanya Azka memakai hodie bukan kaos.

Mulut Azka saja sampai menganga lebar, matanya masih menatap Rara dengan kagum.

"Lo siapa?" tanya Azka tiba-tiba.

Kening Rara terlipat."Lah? Lo lupa? Gue Aurora,"

"Bukan, lo bidadari 'kan?"

"Tunggu, kok baju kita warnanya samaan sih?" tanya Rara heran.

Azka mengernyit, ah iya baru menyadari. Senyuman di bibirnya merekah."Jodoh kali,"

"Lo mau ngajak gue kemana sih sebenernya?" tanya Rara mengalihkan pembicaraan.

"Udah ikut aja," Azka menghidupkan motornya.

"Cepet naik."

"Hm,"

Aurora [END/BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang