-Happy Reading-
******
Semakin dewasa kita, maka kita tidak lagi memerlukan penjelasan untuk mengerti tentang suatu peristiwa.
Karena kenyataan yang akan membuat kita mengerti akan sesuatu yang terjadi pada kita.
Maka bersiaplah, ketika kita beranjak dewasa, kenyataanlah yang menjadi teman dalam proses pendewasaan kita.
******
Juna dan Rara beriringan menuju ke kantin, mata Rara tak sengaja melihat Athala yang sedang tertawa riang bersama Melati. Gimana gak cemburu coba? Lihat cowok kita di bikin nyaman sama perempuan lain?
"Ra, lo gapapa kan?"Juna mengikuti pandangan Rara ke sebuah meja yang di isi oleh Athala dan sahabat Rara--Melati.
"Brengsek banget jadi cowok!"geram Juna ingin menghampiri mereka namun di cegah oleh Rara.
"Gapapa Jun, kita duduk aja."ujar Rara membuat Juna mengangguk dan memesan makanan kepada ibu-ibu kantin.
Setelah beberapa menit, makanan pun datang.
"Mau gue suapin gak?"tawar Juna.
"Gue bisa sendiri, gak enak kalo di lihat sama pacar lo."
"Gapapa kali, lagian gue udah bilang sama Thesa kalo kita itu sepupu'an."
"Yaudah serah lo."pasrah Rara.
Juna hanya ingin memanas-manasi pacar sepupunya itu agar bisa merasakan apa yang Rara rasakan saat melihat dirinya bersama cewek lain.
Di meja lain, Melati sengaja menghibur Athala yang sedang galau katanya. Ia sesekali mengeluarkan gombalan maut dan membuat Athala tertawa. Mata elang Athala menangkap objek gadisnya sedang di suapi oleh orang yang sama seperti semalam di rumah Rara. Hal itu, membuat Athala sangat yakin. Pasti di antara mereka ada hubungan. Tangannya mengepal kuat di atas meja sambil memukulnya sedikit kencang membuat Melati terlonjak kaget.
"Lo kenapa sih tha?"tanya Melati.
"Lo tau, siapa yang duduk di sama Rara?" tanya Athala menunjuk meja Rara.
"Dia murid baru sekaligus pemilik sekolah ini, katanya sih dia pacarnya Rara." ujar Melati sengaja memancing emosi Athala.
"Pacar?" beo Athala.
"Lo gak tau? Namanya Juna, dia sekelas sama gue. Mereka berdua terlambat bareng, tapi Juna minta ke Bu Telisa agar hukuman Rara biar dia aja yang selesein, katanya Rara lagi sakit."Jelas Melati membuat Athala buru-buru beranjak dari duduknya lalu menghampiri meja Rara.
Bugh!
Satu bogeman begitu kencang Athala berikan kepada Juna yang langsung tersungkur ke tanah karena belum siap menghindar. Juna kemudian berdiri dan membalas bogeman Athala bertubi-tubi karena kekesalannya terhadap Athala. Hal itu, membuat suasana kantin ricuh. Semua siswa-siswi penasaran apa yang bikin mereka berdua sampai berantem.
"Udah, Juna..." lerai Rara memisahkan mereka berdua.
"Ra, dia itu cowok gak becus! Masa iya? Ada cowok yang tega ngebiarin pacarnya nunggu sampe kehujanan?" ujar Juna pelan, supaya murid lain tidak mendengarnya
Athala menatap Juna dengan tatapan sinis.
"Gue ga nyuruh Rara buat nunggu! Kan Rara bisa pesen angkot atau ojek online kek! Kan bisa? Kenapa lo yang ribet?" tanya Athala kepada Juna.Merasa namanya di sebut, Rara akhirnya buka suara.
"Kamu ngomong apa, tha? Ga nyuruh aku nunggu? Jadi kamu emang gak niat buat jemput aku? Kalo iya ngomong dong, tha. Jangan bikin aku nunggu berjam-jam. Harusnya, kamu tuh hubungin aku kek. Tapi apa? Kamu malah ga aktif. Sebenernya sih, aku tuh mau naik angkot atau apapun itu, tapi aku takut kalo ngecewain kamu, kamu ke tempat aku tapi akunya udah pergi. Aku merasa ga enak tha, jadi aku lebih milih nunggu. Padahal, aku udah ngomong lho sama kamu pas di sekolah kemarin, kamu lupa? Lupa apa sengaja sih, tha?" jeda Rara sebentar. "untung ada aku ketemu Juna di jalan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora [END/BELUM REVISI]
Fiksi Remaja[PART DI PRIVAT SECARA ACAK, FOLLOW TERLEBIH DAHULU] -Tentang aku, dia dan yang tak terlihat- Ini kisah Aurora atau yang sering di panggil Rara, gadis berparas cantik dengan kemampuan indigo yang ia miliki. Ia termasuk siswi kebanggaan di sekolahan...