43. Ketakutan Terbesar Athala

156 26 0
                                    

Selamat membaca! Semoga kalian suka yaaaa!

********

Leanne melihat raut wajah Papa tirinya yang tersirat kekhawatiran. Setelah pulang dari rumah temannya, Leanne mengerutkan keningnya heran, ada apa dengan Papa Doni?

"Papah kenapa?" tanya Leanne.

Doni memijit pangkal hidungnya,"Gak tau lea, Papah akhir-akhir ini kepikiran Rara terus. Dia pasti baik-baik aja 'kan? Papah jadi merasa bersalah soal kejadian waktu itu,"

Rara lagi. Leanne mendengus kesal dan memandang Papa tirinya tak suka."Yang Papah lakuin waktu itu udah bener, Pah. Rara harus di hukum karena ulahnya sendiri. So, jadi Papah enggak usah khawatir ya? Dia paling lagi foya-foya ngabisin uang Papah ke club malam paling." katanya di akhiri kekehan. Ia sengaja agar Papa tirinya membenci Rara.

Doni menatap tajam Leanne."Jaga ucapan kamu Lea! Anak saya tidak mungkin menginjakkan kakinya ke tempat haram itu! Rara juga anak yang hemat bukan seperti kamu yang sebulan bisa sampe dua ratus juta!"

Mata Leanne berkaca-kaca."Jadi selama ini Papah enggak ikhlas ngasih uang ke Lea iya? Kenapa sih, Papah selalu bela Rara terus sekarang, dan kenapa dulu enggak?"

"Bukan begitu Lea, Papah ikhlas ngasih uang itu ke kamu. Tapi tolong jangan boros, Rara saja sebulan cuma lima puluh juta bahkan masih ada sisa, lah kamu? Dua ratus juta aja masih minta lagi." jawab Doni tanpa beban.

Leanne menggeleng tak percaya."Kenapa sih Papah berubah? Kenapa sekarang banding-bandingin Lea sama Rara sih, Pah?"

"Karena Rara anak saya. Dulu, saya emang salah menilai Rara. Tapi, saya akan menyuruh orang untuk menyelidiki semua masalah yang menyangkut pautkan anak kandung saya." ujarnya lalu masuk ke dalam kamar.

Anak kandung saya.

Kata-kata itu seolah menusuk relung hati Leanne walaupun kata itu benar adanya. Ya, Leanne sekarang paham, ia sadar akan posisinya saat ini. Hanya anak tiri, tidak lebih. Leanne juga paham, tidak ada yang bisa menggantikan posisi Rara di rumah ini.

Cepat atau lambat semua keadaan akan kembali normal, Rara kembali ke rumah ini. Merebut kembali kasih sayang Mama dan Papanya. Leanne tidak mau itu terjadi meskipun Papa-nya adalah Papa kandung Rara.

********

Dua hari kemudian, Rara sibuk membuat kue di tokonya yang semakin hari semakin ramai pembeli. Di bantu oleh Bu Ana, Rara mulai menambahkan garnis sebagai sentuhan terakhir.

"Mending kamu pulang aja deh, Ra. Lusa 'kan kamu udah mulai sekolah." kata Bu Ana sambil memindahkan loyang ke dalam oven.

"Ini juga masih jam sepuluh bu, entar aja kalo sore." balas Rara.

"Yaudah, Ibu mau cuci barang-barang ini dulu."

Rara mengangguk lalu membantu pelayan melayani pembeli. Setelah pembeli mulai sepi, ia duduk di sebuah kursi sambil membaca novel yang ia pegang.

"Aurora?" beo seorang gadis yang tak lain adalah Thesa--mantan pacar Aurora.

"Lho Thesa? Mau beli kue?" tanya Rara sembari tersenyum ramah.

"Iya nih, lo sekarang jadi pelayan di sini atau yang punya toko?"

"Ini toko punya Bu Ana, gue juga cuma bantu-bantu doang kok. Ehh kita duduk dulu yuk?" tawar Rara membuat Thesa mengangguk.

"Gimana kabar lo?" tanya Thesa memulai pembicaraan.

"Baik sih dari sebelumnya, lo gimana?" pertanyaan Rara membuat gadis itu terdiam.

Aurora [END/BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang