44. Hamil?

173 30 2
                                    

Selamat membaca semuaa!!

******

Yang dulunya selalu di sorot semua pasang mata kini di abaikan. Rara berjalan tergesa-gesa menuju kelasnya. Dan hal yang paling sial, ia sekelas dengan Athala. Cowok yang seharusnya ia hindari.

Karena tak ada kursi lain yang kosong, Rara terpaksa duduk bersebelahan dengan Azka, sahabat Athala. Sedangkan Athala, cowok itu duduk dengan Melati dan di belakangnya terdapat Andi yang duduk bersama Alfi.

Pelajaran pertama di mulai, semuanya hening tak bersuara. Hanya ada suara guru yang sedang menerangkan.

Tiga jam berlalu, bel istirahat berbunyi. Semua siswa dan siswi mulai meninggalkan kelas dan menuju ke kantin.

"Tha, kita ke kantin bareng yuk," ajak Melati dengan senyuman lebar yang menghiasi bibirnya.

"Gak," balasnya ketus.

Melati menyeret paksa tangan Athala,"Ayo ih!"

Athala menatap tajam Melati."Lo budeg? Gue bilang enggak ya enggak, mending lo pergi dari sini."

Melati membisikkan sesuatu membuat tubuh Athala menegang."Gimana? Masih mau nolak huh?"

Dengan sangat terpaksa, Athala mengenggam tangan Melati dan berjalan melewati Rara yang menatap keduanya datar.

"Jangan di liatin, Ra. Lo mau ke kantin bareng kita?" tawar Azka.

Rara menggeleng,"Gak deh, makasih."

"Kita pergi dulu ya," pamit Azka diikuti Andi dan Alfi.

Saat melewati Rara, Alfi tersenyum sekilas.

Tinggal lah Rara sendirian di dalam kelas, di temani keheningan. Ia masih penasaran, rahasia apa yang Athala sembunyikan sehingga takut sekali jika Melati membongkarnya?

-Ngapain ngelamun?- tanya Xelin yang baru datang bersama Anggi.

"Gak kok, kalian ngapain di sini?"

-Gue mau nanya sama lo,-

"Apa?"

-Lo belum tau soal pacar lo itu?- tanya Anggi.

Alis Rara terangkat,"Memang ada apa sih?"

-Gak jadi deh, biar lo tau sendiri aja- kata Anggi.

-Oh iya, Ra. Kasusnya Clarissa udah selesai?- tanya Xelin pada Rara.

Rara mengangguk,"Udah, tapi ada agak aneh aja. Pelakunya bener-bener di luar dugaan gue,"

-Emang siapa?-

"Rama, kakak Melati."

-Adek kakak sama-sama pembunuh, ngeri deh.-

"Terus yang satunya lagi Ayah Zoya." sambung Rara.

-Apa jangan-jangan kematian Zoya berhubungan dengan masalah ini?" tanya Xelin.

Rara mengendikkan bahunya acuh."Mungkin, dan yang buat Zoya meninggal itu sebenernya bukan Melati tapi Clarissa. Dia masuk ke tubuh Melati."

-What the fuck?!-

"Mending lo berdua pergi deh, bentar lagi bel masuk."

-Yodah, bye Ra!-

Setelah kepergian dua hantu itu, Juna datang menghampirinya membuat Rara memutar bola matanya malas.

"Ngapain?" tanya Rara.

Juna memilih duduk di samping sepupunya."Lo tau nggak? Mama Leanne sama bokap lo udah cerai."

Aurora [END/BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang