22. Raja

3.6K 672 45
                                    

Kaki kecilnya tanpa rasa takut melangkah memasuki rimbunnya hutan. Sedikit lelah karena harus mendaki menaiki dataran tinggi. Tapi ia yakin dengan tujuannya, membuat lelahnya tidak ia pedulikan.

Kaki itu akhirnya berhenti. Mematung menatap apa yang tersuguh di depannya.

Ini tidak seindah ekspektasinya. Namun boleh juga.

Dengan bibir yang akhirnya melengkung kecil, ia kembali berjalan memasuki hamparan bunga lycoris radiata yang menjadi tujuannya ke sini.

Warna merah cerah dari bunga itu tidak seiras dengan warna putih bersih dari kimono yang dikenakan sang gadis. Tapi bisa membuat gadis itu terlihat mencolok berada di tengah-tengah warna merah tersebut.

Sang gadis tak bisa berhenti memandang takjub pada sekitarnya. Baru kali ini dia melihat hamparan bunga seperti ini. Tidak seluas itu, masih bisa dia jelajahi seluruhnya dengan tubuh kecilnya. Tapi ini tetap saja menarik.

Kebetulan, sekarang adalah awal musim gugur dan akhir musim panas. Bunga dengan nama ilmiah lycoris radiata namun lebih sering disebut higanbana itu tengah mekar indah keseluruhannya.

Senyumnya jadi makin lebar ketika tiupan angin lembut menerpa wajahnya, sampai menerbangkan helaian rambut tipis hitam miliknya yang ia biarkan tergerai.

Matanya yang awalnya asik menyapu keindahan itu kini berfokus pada bukit di depannya. Tidak terlalu tinggi dan masih bisa ia naiki dengan kaki kecilnya tanpa bantuan apapun.

Di atas sana ada pohon yang tidak terlalu besar. Dan yang menyita fokus sang gadis adalah tubuh yang bersandar tenang pada pohon tersebut.

Senyumnya luntur.

Air wajahnya berganti dengan kebingungan.

Entah dorongan apa yang membuat kaki pendeknya berjalan keluar dari hamparan bunga dan berjalan menaiki dataran tinggi tersebut.

Tidak memakan waktu lima menit, dia sudah sampai di bawah pohon yang tadi ia lihat. Tepatnya di puncak bukit itu.

Pria yang awalnya memejamkan mata kini membuka matanya dengan alis yang menikik karena kesal tidurnya diusik.

Mata merahnya teralih menatap sang pengganggu tidur yang berdiri tanpa rasa bersalah di sampingnya.

"Paman sedang tidur?"

Yang ditanya makin menukikkan alisnya sesudah mendengar pertanyaan polos tadi.

"Menurutmu?"

Suara berat masuk ke indra pendengaran dengan nada yang terdeteksi kasar oleh sang gadis. Tapi itu tidak menimbulkan rasa apapun dalam diri si gadis, malah anehnya dia tersenyum tipis.

"Kenapa tidur di sini?" tanyanya lagi.

Sang pria menghela nafas kasar.

"Karena aku ingin," jawabnya kasar.

Nada bicara itu tidak membuat senyum sang gadis luntur.

"Jika Paman tidur saat malam hari di sini, Paman bisa saja diserang sesuatu," kata sang surai hitam.

"Aku yang akan membunuh sesuatu itu sebelum sesuatu itu bisa melukaiku," sahut si surai merah muda dengan yakin.

"Berarti Paman kuat, ya?"

Pertanyaannya polos itu membuat sang lawan bicara menyunggingkan senyum miring.

"Tentu saja. Lebih kuat dari apapun yang yang terkuat, lebih berbahaya dari apapun yang berbahaya," jawabnya bangga.

Fakta yang ia ungkapkan malah membuat sang gadis tertawa kecil. Menggemaskan bagi siapapun yang melihatnya, kecuali bagi pria ini.

"Paman memiliki empat mata? Apa itu sungguhan?" tanyanya lagi dengan penasaran.

𝐑𝐞𝐠𝐫𝐞𝐭 - 𝐉𝐮𝐣𝐮𝐭𝐬𝐮 𝐊𝐚𝐢𝐬𝐞𝐧 (𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟏) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang