40. Mati

2.9K 487 23
                                    

Berjalan guntai, ia melangkah pelan ke tempat yang sudah ia janjikan dengan gurunya.

Entitas bersurai putih dengan kaos hitam mulai terlihat berdiri tegap di depannya. Bibir yang biasanya selalu tersenyum kini hanya terkantup datar. Wajahnya datar menunjukkan kecemasan.

"Gojo-sensei." Suara lemah itu dengan lembut ditangkap oleh indera pendengarannya.

Wajah cemas itu berubah terkejut melihat sosok yang ia tunggu berjalan guntai ke arahnya dengan mata sembab.

"[Name]-chan!" panggilnya setengah panik.

Yang dipanggil berhenti tepat di depan tubuh tingginya, lalu mendongak untuk menatapnya.

"Aku ingin mati..." Adalah kalimat pertama yang keluar dari bibir ranum dengan bekas luka serta darah di sudutnya.

"Apa yang kau katakan?" Gojo mendengarnya jelas, hanya saja tak menerima bahwa itulah yang ia dengar dari sang murid.

"Jika kau mendengar penjelasanku, maka yang akan kau pikirkan pasti adalah "gadis ini memang sebaiknya mati". Karena itu tolong dengarkan aku," pinta [Name] lembut.

"Jelaskan, aku tak akan berpikir begitu."

[Name] menghela nafas lalu menunjuk sofa di belakang Gojo.

"Aku mau duduk," ucapnya.

"Oh iya, ayo duduk."

Gojo berjalan membimbing muridnya, lalu mereka duduk bersebelahan di sofa yang ada pada ruangan itu.

"Kutukan yang aku miliki adalah Kutukan yang bersembunyi sejak kelahiran Gojo-sensei. Tapi mereka juga sudah ribuan tahun tidak beraksi karena aku yang tak memberi perintah." [Name] mulai menjelaskan.

"Ribuan tahun... Sebenarnya siapa yang mengirim Kutukan itu pada gadis ini?" Gojo memilih tak menanyakan hal tersebut.

"Mereka akan membunuh siapa saja asalkan aku tidak terbunuh. Dan Gojo-sensei tahu apa yang akan terjadi jika aku meninggal murni karena umur atau penyakit?"

Sang gadis menatap Gojo tajam dengan mata sembabnya.

"Mereka akan bebas dariku dan mengamuk semau mereka, menghancurkan apa yang ingin mereka hancurkan. Mereka sangat menginginkan itu dan bersabar untuk itu. Sudah pasti mereka akan melakukan apapun agar mereka bebas."

Satu bulir air mata dengan pelan mengalir, turun ke dagu dan menetes ke paha.

"Aku... harus mati agar itu tak terjadi..." Suara [Name] bergetar. Ia meremas ujung dressnya dengan kuat.

"[Name]-chan, pasti ada cara lain." Gojo bersuara lembut agar menenangkan muridnya.

"Tidak... Tak ada cara lain. Jika aku mati, mereka akan hancur. Jika aku hidup, mereka akan hidup. Makanya itu aku harus mati terbunuh..."

[Name] terisak pelan.

Sebenarnya ia tak ingin mati.

Ia masih ingin bahagia lebih lama bersama orang yang bisa ia sebut "Teman". Ia ingin tertawa sepuasnya lebih lama, mendengar lelucon konyol dari Gojo dan Yuuji, latihan bersama Megumi, dan shopping bersama Nobara. Ia masih ingin merasakan semua itu lebih lama, sampai ia menua bersama mereka.

"Aku akan membunuh mereka."

[Name] menoleh pada sumber suara berat itu. Gojo balik menatapnya dengan ekspresi datar.

"Tidak bisa."

"Kalian yang akan ku bunuh."

Semua yang ada di sana seketika hening. Angin berhenti bertiup, bunga higanbana berhenti bergoyang.

Tapi kemudian terdengar gemuruh tawa dari semua Kutukan yang ada di sana. [Name] mengernyit heran.

"Apa-apaan ini?" batinnya penuh tanda tanya.

"Kau mau membunuh kami?" Diselangi kekehan, Kutukan Serigala bertanya.

"Tentu," jawab [Name] penuh penekanan.

"Tak ada seorangpun yang bisa membunuh kami."

Manik merah milik sang manusia membulat kaget dengan hatinya yang tiba-tiba terasa gelisah.

"Bisa. Gojo-sensei akan-"

"Bocah Satoru itupun tak akan bisa membasmi kami." Suara angkuh dari Hebi.

"Bohong! Yang memiliki kekuatan abadi hanya Tengen-sama. Kalian hanya makhluk Kutukan!" [Name] meninggikan suaranya.

"Tapi sayangnya..." Raion berjalan mengelilingi tubuhnya. "...di dalam kontrak yang kami sepakati menjanjikan keabadian."

Tentu [Name] terhenyak kaget.

"Apa?!"

"Kami hanya akan hancur jika kami mengingkari kontrak." Lebah raksasa menyahut.

"Dan kami tak akan membiarkan kau membuat kami mengingkari kontrak itu." Harimau besar juga angkat bicara.

"Mustahil."

Tangan [Name] makin mengepal. Ia menggigit bibirnya kuat-kuat sampai terasa perih dan meneteskan darah.

"Satu-satunya cara adalah membunuhku."

Gojo menukikkan alisnya tak suka.

"Mana mungkin ada orang yang akan berani membunuhmu setelah mengetahui siapa kau," sahut Gojo netral.

"Tapi Gojo-sensei pasti berani." [Name] menatap Gojo lekat.

"Aku tidak-"

"Jika aku mati semua Kutukan ku juga mati, Gojo-sensei tak akan mendapat serangan." [Name] memohon.

"[Name]-chan." Suara Gojo lembut. Ia mencoba menenangkan muridnya.

"Ini demi semua orang, Sensei. Aku mohon, sangat."

"Aku akan memikirkan cara lain."

"Tak ada. Buntu. Hanya tolong bunuh aku."

Genangan air mata kembali terlihat dari pelupuk mata indah itu. Terdengar helaan nafas dari pria di depan [Name].

"Terlalu banyak hal yang mengejutkan untuk hari ini, bukan? Kau harus istirahat," ucapnya lembut.

"Tapi, Sensei. Aku mohon. Tidak sesusah itu membunuh orang lemah sepertiku. Kau hanya-"

Tuk!

[Name] spontan berhenti berbicara ketika merasakan sentuhan pada keningnya.

Bruk!

Ia jatuh ke depan dan langsung dengan sigap ditahan oleh gurunya.

"Maaf, [Name]-chan," bisik pria bersurai bak awan tersebut. "Aku begitu frustasi."

•••

TBC~

Kira-kira bisa happy end gak ya? Bisa pasti bisa!

𝐑𝐞𝐠𝐫𝐞𝐭 - 𝐉𝐮𝐣𝐮𝐭𝐬𝐮 𝐊𝐚𝐢𝐬𝐞𝐧 (𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟏) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang