"Aku sudah melakukan upacara kedewasaan, loh."
"Lalu?"
"Aku sudah dewasa! Kau bilang kau tidak suka anak kecil, kan? Jadi, apa sekarang kau menyukaiku?"
Gadis beriris hijau lembut itu tersenyum lembut dengan matanya yang berbinar penuh harapan.
Sejak saat itu, saat [Name] datang untuk pertama kalinya setelah tiga belas tahun, gadis itu hampir setiap hari menghabiskan waktunya bersama Sukuna.
"Tidak," jawab lawan bicaranya dengan dingin bahkan tidak menoleh.
"Setidaknya, apa kau merindukanku?" [Name] mengerucutkan bibirnya. Kali ini sinar matanya terlihat sedih.
Sukuna di sampingnya menoleh kepadanya, membuat ia tersenyum cerah.
"Tidak."
Bibir sang gadis kembali cemberut dan ia memalingkan wajah dengan kesal.
"Huh, jika tidak karena aku makin hari makin menyukaimu, aku tidak akan kembali ke sini!"
Deg!
Apa ini? Jantung Sukuna tiba-tiba berdegup kencang dan ia tidak pernah merasakan perasaan ini sebelumnya. Debaran jantungnya berbeda dari biasanya ia berdebar. Saat ini seperti ada rasa yang membuat ia tak nyaman dan ia tak tahu bagaimana menggambarkannya.
Apa dia benar-benar sudah gila?
"Sukuna!" Tiba-tiba gadis di sampingnya menoleh ke arahnya dengan ekspresi yang tidak bisa ia baca.
Sukuna sedikit memundurkan kepalanya dan mengerutkan keningnya tanda bertanya.
"Kau tidak merindukanku atau tidak tahu apa itu rindu?" [Name] sedikit memiringkan kepalanya.
"Mungkin aku tak tahu karena tak pernah merasakannya," jawab Sukuna sambil memalingkan wajahnya, menatap lurus ke depan.
"Pernah kau merasakan perasaan gelisah yang menggebu-gebu saat sesuatu hilang dari hidupmu? Atau perasaan seperti kau sangaaaaat ingin melihat sesuatu itu?"
Sukuna terdiam, berpikir.
Ia tak pernah merasakan rindu sebelumnya. Tapi ketika ia merasakan semua yang [Name] diskripsikan, Uraume-pelayan setianya-mengatakan bahwa itu namanya rindu.
"Jika kau pernah merasakannya, itu berarti kau tengah merindukan seseorang. Apa kau merasakan itu saat aku pergi?" Mata [Name] berbinar di akhir kalimat.
"Tidak," jawab Sukuna dengan dingin.
"Sukuna, cobalah jujur! Aku tidak akan tertawa atau meledek, justru aku akan bahagia karena ternyata aku tidak sendirian merasakannya." [Name] berucap dengan wajahnya yang kembali memalas.
"Hei, kenapa juga kau menyukaiku?" Sukuna menoleh ke arah gadis di sampingnya dengan alis menukik.
"Tidak tahu," jawab [Name] dengan enteng dan kemudian menyengir.
"Ck, jika tidak tahu, berarti kau tak serius."
"Bukan seperti itu. Ibu bilang, ada cinta yang tidak butuh alasan khusus yang artinya cinta itu murni karena hati. Aku tidak mengerti, tapi aku benar-benar menyukaimu! Jika tidak serius, aku tidak mungkin tersiksa rindu selama hampir tiga belas tahun ini," oceh [Name].
Terdengar helaan nafas dari sang raja kutukan di sampingnya itu.
"Kau tahu jelas bukan, bahwa aku orang jahat? Sama sekali tidak ada alasan untukmu menyukaiku!" Sukuna lagi-lagi menatap [Name] dengan mata seriusnya.
"Kau tetap orang baik bagiku. Setidaknya untukku yang bukan pelayan atau pengikutmu, hanya manusia biasa yang lemah." [Name] berucap dengan senyum lembutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐞𝐠𝐫𝐞𝐭 - 𝐉𝐮𝐣𝐮𝐭𝐬𝐮 𝐊𝐚𝐢𝐬𝐞𝐧 (𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟏) ✓
FantasySeorang gadis kecil yang selama 7 tahun hidup dalam sangkar emas dilepas begitu saja pada dunia bebas oleh orang tuanya yang khawatir ia akan membawa kesialan pada orang sekitar. Sesuatu yang diharapkan untuk menjaga ternyata justru menghancurkannya...