23. Daun

3.3K 653 48
                                    

[Name] kini berlari menaiki bukit. Dia berhenti tepat di samping pria yang menjadi tujuan.

Nafasnya yang memburu berusaha ia tenangkan dengan menumpu tangannya di lutut.

"Kenapa lari?" tanya Sukuna yang melihat gerak-gerik gadis itu sedari tadi.

"Aku merindukanmu," jawab iseng sang gadis.

"Ck!" decak Sukuna yang tidak menyukai jawaban itu.

[Name] terkekeh pelan dan mendudukkan diri di samping Sukuna.

"Lama tak bertemu," kata [Name] sambil tersenyum manis pada Sukuna yang bahkan tidak menatapnya balik.

"Lama apanya," sahut Sukuna dengan malas.

"Tentu saja lama. Sudah berbulan-bulan. Awal kita bertemu di awal musim gugur dan sekarang pertemuan kedua kita awal musim dingin. Itu lama," oceh [Name].

"Terserah," jawab Sukuna asal.

"Apa kau setiap hari di sini?" tanya [Name] dengan senyum manisnya.

"Hampir."

"Kenapa? Apa karena di sini indah?"

"Karena di sini tenang dan sekarang tidak karena kedatangan bocah sepertimu," jawab Sukuna malas.

"Aku tidak menggangumu," sahut [Name] yang terlihat kesal.

"Kedatanganmu saja sudah menggangguku dan ditambah kau yang tidak bisa berhenti mengoceh. Apanya yang tidak menggangu," jengkel Sukuna. "Lagi, kau kan yang menyelipkan daun di telingaku saat aku tidur?" lanjutnya yang kini menatap tajam gadis di sampingnya.

[Name] diam, tapi kemudian menyengir kuda tanpa rasa bersalah.

"Itu ada tujuannya," sahutnya untuk melakukan pembenaran.

"Apa?" kesal Sukuna.

"Aku tahu aku takkan kembali dalam waktu dekat. Makanya aku menyelipkan daun itu agar kau ingat aku. Tidak kau buangkan?"

"Daun itu tidak aku buang, tapi langsung aku lenyapkan," sahut Sukuna yang kembali menatap udara kosong di depannya.

"Huh?! Kenapa seperti itu? Padahal itu kenangan!" kesal [Name] balik.

"Kenangan apanya? Kau membuat para pelayanku hampir menertawakanku saat aku kembali dengan daun di telingaku karena tidak sadar," omel Sukuna.

"Pelayan?"

Bukannya merasa bersalah atau apa, [Name] malah mengalihkan pembicaraan.

"Ya, aku kan raja," jawab Sukuna yang terdengar masih kesal.

"Baiklah, aku minta maaf." [Name] tersenyum manis pada Sukuna.

Sukuna yang melihat senyuman itu malah memalingkan kembali wajahnya dengan jengkel.

"Tidak ku maafkan," sahutnya dingin.

"Lho, kenapa begitu? Ibu bilang manusia harus saling memaafkan."

"Aku manusia, tapi bukan sepenuhnya manusia."

[Name] diam lalu menggaruk tengkuknya.

"Iya juga- tapi tetap saja. Aku tulus minta maaf," sahutnya.

Sukuna diam dan tidak menyahut. Membuat alis [Name] menukik jengkel.

"Hanya karena daun kau marah? Kekanakan sekali," ejek [Name].

"Kekanakan? Kau yang kekanakan, bocah. Lagipula, harusnya kau bersyukur aku hanya seperti ini. Jika benar-benar marah aku bisa saja membunuhmu," sahut Sukuna dengan jengkel sambil menunjuk wajah [Name].

𝐑𝐞𝐠𝐫𝐞𝐭 - 𝐉𝐮𝐣𝐮𝐭𝐬𝐮 𝐊𝐚𝐢𝐬𝐞𝐧 (𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟏) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang