21. Orang bodoh

3.6K 651 24
                                    

"Kau takut denganku?"

"Huh?!"

[Name] menoleh kaget ketika mendengar suara dan sentuhan Sukuna pada telinganya yang bertujuan untuk menyelipkan daun ke telinga [Name].

"Meski sudah sering, aku tetap tidak terbiasa," pikirnya.

[Name] kemudian kembali meluruskan pandangan ke gelas di depannya. Dia sedang membuat kopi di dapur umum karena di luar hujan.

Sebenarnya tadi dia dan Yuuji yang ada di dapur ini. [Name] menawarkan membuat kopi untuk Yuuji juga dan Yuuji menunggu di belakangnya. Tapi dia tak tahu bahwa Sukuna ternyata akan mengambil tubuh bocah itu.

"Menurutmu, siapa yang tidak takut padamu?" tanya [Name] bertujuan sarkasme.

"Ada, bahkan ada orang yang tidak waspada dan percaya padaku," jawab Sukuna.

"Pengikut atau pelayanmu palingan," sahut [Name] sambil menuangkan air panas ke gelas.

"Tidak, mereka tetap waspada dan takut. Tapi benar-benar ada yang bahkan berani dan menemaniku," ujar Sukuna, membuat [Name] mengerutkan keningnya.

Kemudian terdengar suara kekehan kecil dari gadis itu.

"Palingan cuma satu orang, dan orang itu pasti orang bodoh," ucapnya.

"Ya, dia bodoh."

Seketika [Name] merinding ketika merasakan bisikan yang tepat di telinganya, dari seseorang yang kini mengunci tubuhnya dari belakang menggunakan kedua tangannya.

"Jauh-jauh, geli!" tegas [Name].

"Aku hanya ingin tahu apa yang kau lakukan," sahut Sukuna.

"Cepat menjauh atau aku siram air panas!" Suaranya dingin dan penuh penekanan.

Sukuna terkekeh lalu menjauhkan tubuhnya.

"Tak kusangka kau takut air panas," ucap [Name] yang kini mengaduk kopinya.

"Aku tak takut, pada apapun itu. Aku hanya menuruti perintahmu."

"Diam!" tegas [Name] dengan jengkel.

"He? Ada apa, [Surname]? Aku dari tadi diam."

[Name] membelalak kaget, kemudian terkekeh canggung.

"Tidak, tadi ada nyamuk, aku menyuruhnya diam," alasan [Name].

"Ahh, begitu," sahut Yuuji yang mengangguk.

"Ini kopimu."

[Name] berbalik dan menyerahkan salah satu gelas yang ada di tangan kanannya.

"Sebentar sekali," ucap Yuuji sambil menyambut kopi dari [Name].

"Kau saja yang melamun, jadi terasa sebentar," balas [Name] dengan senyum kecil.

"Benar juga," bio Yuuji yang kemudian melangkah keluar dapur.

Kemudian dia duduk di sofa yang ada di lorong sepi, jauh dari asrama, diikuti oleh [Name] yang juga ikut duduk di sampingnya.

"Kau tidak menonton malam ini?" tanya [Name].

"Mataku sakit terlalu banyak terkena cahaya telivisi," keluh Yuuji.

[Name] terkekeh pelan.

"Aku juga begitu. Dan juga hanya duduk menonton memang bisa membuat santai, tapi terlalu membosankan menurutku," komentar [Name].

"Ya, apalagi kalau harus menonton dengan boneka itu. Jika filmnya membosankan, aku selalu terkena tinjunya," ucap Yuuji sambil memegangi pipinya.

"Tapi percayalah, Itadori-kun. Latihan itu juga ada manfaatnya untuk mengontrol energi kutukanmu, seperti aku sekarang. Terasa lebih mudah," ucap [Name].

𝐑𝐞𝐠𝐫𝐞𝐭 - 𝐉𝐮𝐣𝐮𝐭𝐬𝐮 𝐊𝐚𝐢𝐬𝐞𝐧 (𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟏) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang