30. Mimpi aneh

3.1K 517 15
                                    

"Aku akan pergi, Nanamin," ucap Yuuji dengan datar dari seberang sana.

"Tidak boleh," jawab Nanami dengan tegas. "Pagi ini aku sudah mengatakan alasannya. Karena sudah memasang 'penjagaan', maka dia berkemungkinan besar masih hidup, dan sekarang berada di SMA Satozakura. Aku akan segera kembali. Mohon Itadori siaga di tempat," jelas Nanami.

Tapi kemudian panggilan diputus sepihak oleh Yuuji.

"Perkiraanku, tidak ada gunanya setelah mengatakannya," batin Nanami.

Nanami kemudian memasukkan handphone-nya ke dalam saku dan berjalan meninggalkan tempat itu, meninggalkan satu laki-laki dengan pakaian serba hitam yang sedari tadi bersamanya.

"Jadi seperti itu. Ke depannya akan merepotkanmu, Ino," ucapnya pada pria bernama Ino tersebut, masih sambil berjalan.

"HEEE?!" Ino panik dan segera membalikkan tubuhnya menghadap Nanami.

Nanami berhenti dan sedikit menoleh ke belakang.

"Apa ada masalah?" tanyanya.

"Tidak... Jumlahnya..."

Ino menoleh ke belakangnya, ke arah kutukan-kutukan yang sudah bersiap menyerang. Kemudian menundukkan kepalanya sambil menutupi wajahnya dengan topi yang ia pakai.

"...terlalu banyak," ucapnya dengan ragu.

Tapi kemudian ia mengangkat kepalanya.

"Selain itu, semuanya manusia, kan?" tanyanya pada Nanami.

"Tenang, kau tak sendirian," sahut Nanami dengan dingin. "[Surname]," panggilnya.

Seorang gadis menginjakkan kakinya ke dalam ruangan itu. Memakai seragam Jujutsu berwarna putih, serta stoking coklatnya.

"Seorang gadis?" heran Ino.

"Dia bisa membantumu dalam misi ini. Dia [Fullname], kau pasti tahu dia," ucap Nanami.

"Ahh, gadis itu? Ya, aku tahu, tapi baru sekarang melihat wajahnya," ucap Ino.

"[Fullname] desu." [Name] memperkenalkan dirinya dengan sedikit membungkuk sebentar.

"Ino Takuma." Ino juga memperkenalkan diri.

"Aku yakin kalian bisa menyelesaikan semuanya dengan mudah. Dan aku bisa merekomendasikanmu, Ino, menjadi penyihir Jujutsu tingkat satu, sebagai bayaran," ucap Nanami.

Setelahnya Nanami lanjut melangkah meninggalkan mereka berdua. Kali ini benar-benar pergi.

"AKU AKAN BERJUANG!" teriak Ino dengan semangat sambil mengangkat kedua tangannya.

Sedangkan [Name] hanya mengerjap dua kali melihat Ino yang penuh semangat.

"Yosh! Kita harus bekerjasama," ucap Ino sambil menoleh pada [Name].

"Mohon bantuannya," sahut [Name]. "Tapi sepertinya kita harus bertarung dengan jarak satu sama lain berjauhan. Aku takut racunku tak sengaja mengenaimu," ucap [Name] dengan sopan.

"Kau belum bisa mengendalikan teknikmu?"

"Ah, tidak, aku bisa mengendalikan ke mana aku ingin menembakkan racunku, seperti remote control, tapi takutnya tak sengaja mengenalimu," jelas [Name].

"Yosh! Baiklah, kalau begitu, aku ambil sebelah sana, dan kau sebelah sana." Ino menunjuk ke arah samping [Name].

"Hm," jawab [Name] singkat.

Ia kemudian berjalan mendekati jejeran kutukan yang menatap setiap gerak-geriknya, begitu juga dengan Ino yang bersiap mengerjakan bagiannya.

"Aku tahu kenapa Nanami membawanya padaku," batin Ino sambil meninju telapak tangannya dengan semangat.

𝐑𝐞𝐠𝐫𝐞𝐭 - 𝐉𝐮𝐣𝐮𝐭𝐬𝐮 𝐊𝐚𝐢𝐬𝐞𝐧 (𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟏) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang