Sudah dua musim terlewati oleh Sukuna yang sendiri. Gadis kecil itu tidak datang tepat waktu, harusnya dia datang setiap awal musim. Dia mengingkari janjinya dua kali.
"Memangnya aku peduli?" batin Sukuna yang hendak memejamkan mata.
Bohong. Ia susah payah menolak mengakui perasaan gelisahnya yang ia tak tahu disebabkan oleh apa.
"Anak itu mungkin sedang sibuk. EH, KENAPA JUGA AKU MEMIKIRKAN BOCAH BERISIK SEPERTI?!"
Pikirannya malah membuatnya tak bisa tidur tenang di bawah pohon itu.
Sukuna memutuskan datang ke tempat itu setiap hari, jika saja [Name] yang terlambat datang tetap bisa ia lihat. Tapi, mana mau dia mengakui perasaannya walau sudah secara nyata dia berjuang menunggu.
Musim berikutnya datang. Sukuna duduk di bawah pohon itu pagi sekali. Tapi sang gadis tak juga datang sampai malam. Mungkin besok, pikirnya setiap hari.
Sampai berganti musim lagi, [Name] tak kunjung datang, bahkan sampai musim itu berakhir dan berganti lagi.
Setelah setahun tak kunjung melihat senyum itu, Sukuna memutuskan untuk melakukan tindakan yang lebih berani. Ia datang ke kampung sang gadis. Kampung dekat hutan itu. Dia tahu, karena cukup sering mengantar [Name] secara diam-diam.
Oke, dia buang harga dirinya karena sudah tak tahan dengan perasaan gelisahnya.
Sukuna memakai baju kimono yang tak biasa ia pakai. Juga memakai topi tradisional untuk menutupi wajahnya.
Ia berjalan dengan santai, agar terlihat seperti manusia normal. Setelahnya menghampirinya sekumpulan ibu-ibu yang terlihat sedang bercakap ria.
"Permisi," ucap Sukuna yang ia usahakan lembut.
"Ah, ada apa?" tanya salah satu wanita yang dengan suara lembutnya.
"Apa anda tahu dengan keluarga [Surname]?" tanya Sukuna.
"Ah, [Surname]? Tentu saja," jawab wanita tersebut.
Beberapa wanita lainnya berbisik-bisik penasaran.
"Saya salah satu kerabat mereka. Tapi apakah mereka ada di kampung ini?"
Semua wanita langsung melempar pandangan ke satu sama lain lalu tersenyum kaku.
"Maaf, keluarga [Surname] sudah lama pindah."
"Ya, mereka pindah ke daerah asal mereka."
"Mereka ke sini hanya untuk menemani nenek mereka yang sendirian sepeninggalan kakek mereka, dan sekarang nenek mereka sudah meninggal sekitar setahun yang lalu."
Wanita lain menimpali.
Sukuna terdiam. Dia teringat [Name] yang berkali-kali membahas kakek dan neneknya.
"Apa akan kembali?" tanya Sukuna lagi.
"Kami tak tahu. Ini adalah kampung istrinya keluarga [Surname]. Sekarang ia ikut tinggal ke kampung suaminya, kepala keluarga [Surname]."
Sukuna langsung merasakan perasaan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya, aneh. Dadanya terasa sesak dan perasaan gelisah itu malah makin bergejolak.
"Ah, kalau begitu, terimakasih. Saya akan pergi, maaf mengganggu waktunya."
Sukuna pergi dengan perasaan yang belum tenang. Ia tak mengerti kenapa ia begini. Tak biasanya juga dia sopan begitu. Tapi hanya demi menyamar untuk menanyai kabar si gadis pengganggu. Ini bukan dirinya.
•••
Setahun lagi ia lewati sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐞𝐠𝐫𝐞𝐭 - 𝐉𝐮𝐣𝐮𝐭𝐬𝐮 𝐊𝐚𝐢𝐬𝐞𝐧 (𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟏) ✓
FantasySeorang gadis kecil yang selama 7 tahun hidup dalam sangkar emas dilepas begitu saja pada dunia bebas oleh orang tuanya yang khawatir ia akan membawa kesialan pada orang sekitar. Sesuatu yang diharapkan untuk menjaga ternyata justru menghancurkannya...