"Asshole!"
BRAKK!!
Sebuah umpatan disusul suara sesuatu yang dilempar dengan kasar, terdengar dari salah satu bilik kerja di lantai tiga sebuah gedung perkantoran. Beberapa kepala tertoleh dengan raut ingin tahu ke bilik yang terletak di ujung ruangan tersebut. Beberapa yang lain nampak tidak peduli, deadline yang sudah menunggu jauh lebih penting daripada sekedar rekan kerja nampaknya sedang kesal.
"Kenapa Ji?"
Jeongyeon menggeser kursi kerjanya mendekat ke arah Jihyo. Dari raut wajahnya, jelas sekali gadis bermata bulat itu sedang menahan amarahnya.
"Ji?" Jeongyeon kembali bertanya dengan nada hati-hati.
Jihyo menoleh ke arah Jeongyeon, sebelum kemudian dengan matanya menunjuk ke arah ponselnya yang tadi dia lempar ke meja. Jeongyeon mengambil benda pipih itu, dan matanya langsung membulat sempurna begitu melihat apa yang ditampilkan di layar ponsel. Pantas saja Jihyo terlihat begitu muntab.
Layar ponsel Jihyo menampilkan laman Instagram. Unggahan foto sepasang kekasih yang tengah menikmati makan malam di sebuah restoran mewah nampak di sana, lengkap dengan caption penuh kata manis memabukkan.
Foto yang biasa saja sebenarnya, namun menjadi tidak biasa karena yang mengunggah foto itu adalah seorang laki-laki yang selama dua tahun terakhir dekat dengan Jihyo. Bukan, dia bukan kekasih Jihyo atau semacamnya. Namun, laki-laki itu selalu menghujani Jihyo dengan beragam perlakuan manis nan romantis. Membuat Jihyo mabuk dan merasa bahwa dia wanita spesial bagi laki-laki itu.
Yah, walaupun sebenarnya laki-laki itu memang punya track-record yang tidak begitu baik jika berkaitan dengan perempuan. Tak sekali dua kali pula, Jihyo diingatkan oleh teman-teman terdekatnya tentang hal itu. Tapi mengingatkan gadis keras kepala macam Jihyo memang tidak mudah.
Gadis itu yakin bahwa semua perhatian dari laki-laki itu, memang karena dia menaruh hati padanya. Ia yakin tidak sedang dipermainkan.
"Lalu kenapa dia tidak segera menyatakan perasaannya padamu?" Tanya Jeongyeon suatu kali.
"Dia sering mengatakannya, kau saja yang tidak tahu." Jawab Jihyo.
"Maksudku menyatakan perasaan dengan serius, dan meresmikan hubungan kalian dengan pasti. Bukannya melempar kata-kata manis tanpa makna." Jelas Jeongyeon.
"Memangnya harus begitu? Kita kan bukan remaja puber lagi, hal seperti itu tidak terlalu penting. Yang penting kami nyaman dengan satu sama lain."
Jeongyeon sudah membuka bibirnya lagi, namun sudah didahului Jihyo.
"Aku tahu apa yang aku lakukan Jeongyeon, aku jauh lebih mengenalnya daripada dirimu. Aku harap kau bisa menghormati kehidupan pribadiku."
Baiklah. Kalau Jihyo sudah berkata begitu, Jeongyeon bisa apa selain menghargai keputusan sahabatnya itu. Jeongyeon pun mengurungkan niatnya untuk mengatakan bahwa tempo hari ia mendapati laki-laki yang dekat dengan Jihyo itu, sedang bergandengan mesra dengan perempuan lain.
Dalam hati, Jeongyeon merapal doa agar Tuhan segera membuka mata Jihyo. Dia hanya tidak ingin sahabatnya itu nanti terluka.
🍸
Setelah melihat unggahan foto tadi, dan menyadari bahwa dia dipermainkan selama dua tahun oleh seorang laki-laki berengsek, mood dan perasaan Jihyo memburuk seketika. Hal sekecil apapun bisa membuat emosinya naik ke ubun-ubun.
Hal kecil saja bisa membuatnya marah-marah tidak jelas. Hampir semua rekan satu ruangannya kena damprat perempuan itu. Ia bahkan sempat meneriaki ketua timnya sendiri. Beruntung semua orang nampaknya mengerti dan memaklumi kalau perasaannya memang sedang kacau. Tidak ada yang marah atau kesal pada Jihyo memang, namun semuanya kemudian memilih untuk tidak dekat-dekat dengan perempuan yang sedang menjadi bom waktu berjalan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Cup of Tea || Yoongi x Jihyo
Fanfictionone-shot collection of BTS' Yoongi and Twice's Jihyo. -written in Bahasa Indonesia