32- Thirst

1.2K 107 76
                                    

warning: ❌explicit language, vampire, violence, blood, nudity, sex

Chapter ini berisi konten dewasa❗ Beneran konten dewasa, bukan kayak di chapter-chapter sebelumnya yang cuma sekilas atau nyerempet aja.

Kalau sekiranya kalian tidak terbiasa, atau tidak nyaman dengan bahasan seperti ini, lebih baik mundur ya! Ini serius loh guys.

You've been warned. Read it with your own risk!

👻Happy Halloween!👻





"Kastil tua itu? Kau serius?" Nayeon menghentikan kegiatannya menghitung lembaran uang di tangan, dan ganti menatap Jihyo seolah-olah sahabatnya itu sudah gila.

"Ya." Jihyo menjawab dengan mantap. Senyum penuh keyakinan muncul di bibir merahnya.

"Kau gila." Kini Jeongyeon yang menanggapi. Gadis itu kini juga menatap Jihyo dengan tatapan menghakimi.

Bagai tidak peduli, Jihyo hanya merespon dengan senyum miringnya. "Kalian mau ikut? Aku dengar yang tinggal di bangunan itu hanyalah laki-laki yang sama tuanya dengan kastil itu."

Nayeon dan Jeongyeon masih menatap Jihyo dengan pandangan heran serta ngeri.

"Memang kau tidak pernah dengar rumor tentang kastil tua itu? Tidak sedikit yang sok berani mendatangi tempat itu, dan besok-besoknya tidak pernah kembali." Kata Nayeon dengan suara lirih. Entah kenapa dia jadi merinding.

"Jangan lupakan bahwa tidak ada satupun orang yang pernah melihat laki-laki tua yang tinggal di sana. Jika siang hari, kastil itu terlihat kosong. Tidak ada kehidupan. Tapi kalau malam-" Jeongyeon tidak berani melanjutkan ucapannya. Lidahnya kelu.

"Beberapa orang pernah melihat sosok laki-laki itu keluar dari kastilnya. Tidak jelas wajahnya bagaimana karena dia mengenakan jubah panjang. Dan katanya, mereka bisa mendengar suara ayam yang meregang nyawa seperti sedang disembelih." Nayeon melanjutkan ucapan Jeongyeon.

Jihyo terkekeh. "Jelek sekali selera fashionnya. Memakai jubah sambil menyembelih ayam apa tidak merepotkan. Tengah malam pula."

Jeongyeon memukul lengan Jihyo. "Seriuslah sedikit."

"Mungkinkah dia seorang dukun? Atau penyihir? Mungkin dia menyembelih ayam sebagai ritual untuk pemujaan setan." Nayeon berspekulasi.

"Dan orang-orang yang hilang itu? Mungkinkah mereka diserahkan sebagai tumbal kepada setan?" Jeongyeon mulai ikut berkonspirasi.

Jihyo hanya memutar bola matanya. Ia tidak pernah percaya pada hal-hal mistis seperti itu.

"Oh ayolah. Semua yang kalian katakan itu hanya dongeng yang diceritakan orang tua kita. Yang juga mereka dengar dari kakek-nenek kita, yang juga mereka dapatkan dari orang tua kakek-nenek kita. Kebenarannya tidak bisa dibuktikan." Jihyo mendebat.

Nayeon menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Jihyo.

"Kalian tahu Bibi Lee yang tinggal di depan rumahku?" Tanya Nayeon.

Jihyo dan Jeongyeon mengangguk.

"Bibi baik hati yang selalu memberikan kita panekuk hangat tiap kita lewat di depan rumahnya itu kan?" Tanya Jeongyeon, yang ditanggapi Nayeon dengan anggukan.

A Cup of Tea || Yoongi x JihyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang