Tik Tok Tik Tok.
Jarum jam dinding malam ini terdengar lebih keras dari biasanya. Jihyo menoleh ke arah benda berwarna biru muda yang menempel di dinding kamarnya itu. Pukul sebelas lewat dua puluh menit. Nyaris tengah malam.
Gadis itu menghembuskan napas pelan. Mencoba mengurai beban yang menggelayuti perasaannya. Lelah. Lelah sekali rasanya.
Semua terasa salah.
Semua terasa tidak tepat.
Jihyo sebenarnya ingin sekali menangis agar setidaknya ia bisa merasa lega. Tapi tidak bisa. Seberapa keraspun ia mencoba, air matanya tidak mau keluar. Entah karena ego dalam dirinya yang tidak mau mengalah, atau karena ia sudah terlalu sering menangis sendirian malam-malam begini.
Gadis itu memandangi langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong. Berharap kantuk segera datang agar setidaknya dia bisa melupakan segala hal yang memenuhi perasaan dan pikirannya. Namun, alih-alih kantuk, yang datang justru suara hatinya yang kurang ajar.
Gadis lemah! Begini saja kau sudah merasa hidupmu yang paling sengsara sedunia.
Kamu itu kurang bersyukur Park Jihyo. Hidupmu jauh lebih nyaman dibanding banyak orang di luar sana.
Jihyo menggelengkan kepalanya. Mencoba mengusir suara-suara negatif yang mulai berdatangan. Sembari berdecak kesal, gadis itu meraih ponsel yang ia letakkan di atas nakas.
Mungkin melihat video-video lucu di internet bisa membuatnya terhibur. Namun, jemarinya justru mengetuk aplikasi daftar kontak telepon.
Layar bergulir sampai menampilkan nama kekasih Jihyo. Telunjuk gadis itu nampak ragu.
Haruskah ia menelepon pacarnya?
Ia menggeleng. Dua detik kemudian, gadis itu kembali menyusuri daftar kontaknya. Jarinya terhenti saat menemukan kontak yang ia cari. Nomor seseorang yang sudah lama tidak Jihyo hubungi. Seseorang yang sudah lama Jihyo tidak dengar suaranya.
Entah mendapat petunjuk dari mana, Jihyo mengetuk ikon telepon di sana. Ponselnya ia tempelkan ke telinga, dan nada sambungan mulai terdengar. Gadis itu tidak berharap banyak orang di seberang sana akan menjawab panggilannya.
"Halo?"
Oh Tuhan!
Suara itu masih sama seperti yang terakhir kali Jihyo ingat. Tanpa sadar, senyum tipis muncul di bibirnya.
"Yoongi! Kamu masih bangun?"
Ada kekehan kecil terdengar di seberang sana. "Kalau aku masih tidur, menurutmu siapa yang menjawab telepon ini? Hantu?"
Dahi Jihyo langsung berkerut. "Jangan sebut-sebut nama makhluk itu!"
"Kenapa? Kau takut?" Ada nada jahil terasa jelas di sana.
"Tidak! Mana ada!" Jihyo pura-pura tersinggung.
Tawa kecil terdengar lagi di ujung sana, sebelum kemudian suara Yoongi terdengar serius. "Kenapa Jihyo?"
"Hmm? Tidak apa-apa. Hanya ingin meneleponmu saja." Jihyo memainkan ujung selimutnya.
Entah. Ia sendiri juga tidak tahu kenapa dia memutuskan menelpon Yoongi. Seseorang yang bahkan sudah jarang ia temui. Yang dulu terasa begitu dekat, namun satu tahun terakhir terasa seperti orang asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Cup of Tea || Yoongi x Jihyo
Fanfictionone-shot collection of BTS' Yoongi and Twice's Jihyo. -written in Bahasa Indonesia