Kacau. Kacau. Kacau.
Hanya kata itu yang sejak tadi terngiang di telinga Yoongi. Sudah hampir tiga jam ia merapalkan kata itu berulang kali, sambil mengacak-acak isi apartemennya. Laki-laki itu membuka setiap laci meja, setiap pintu almari, kolong tempat tidur, kolong kursi, tempat sampah, pokoknya seluruh sudut apartemen sudah ia jelajahi. Namun, barang yang dicari tidak kunjung ia temukan.
Yoongi mengacak-acak surai hitamnya dengan gusar. Merutuki dirinya sendiri yang begitu ceroboh. Barang sepenting dan semahal itu bisa-bisanya hilang secara misterius. Yoongi yakin ia menyimpan barang itu di kamarnya, tapi kenapa tidak ada? Atau jangan-jangan dia menjatuhkannya di jalan?
"Astaga! Yoongi, kau baik-baik saja?"
Yoongi menoleh ke arah sumber suara. Di sana, di dekat pintu masuk ada Namjoon yang tengah menatap apartemen Yoongi dengan tatapan takjub. Bukan apa-apa, masalahnya Yoongi ini adalah tipe orang yang amat menyukai kerapian. Aneh rasanya melihat apartemen milik sahabatnya itu kini bagai diterpa angin topan.
"Hilang Joon. Hilang!" Tidak menanggapai pertanyaan Namjoon, Yoongi justru langsung menumpahkan kegelisahannya.
Dahi Namjoon berkerut, "Apanya yang hilang?" Kini dilihatnya Yoongi sedang mengecek kolong sofanya.
"Cincin."
"Cincin yang mana? Sepenting itu? Cincinmu kan banyak." Namjoon masih kebingungan. Sahabatnya itu sejak tadi hanya menjawab singkat pertanyaannya sambil mondar-mandir. Membuat Namjoon pusing melihatnya.
"Bukan cincin yang biasa aku pakai Joon. Aku kehilanhan kotak cincin penting yang juga berisi cincin penting. Aku mau melamar Jihyo dengan cincin itu!"
"WHAT? KAPAN?"
"Malam ini, jam tujuh." Yoongi menghela napas kesal. Masih kesal dengan dirinya.
"JAM TUJUH ITU SATU JAM LAGI YOONGI!" Namjoon panik.
"Aku tau." Ujar Yoongi lirih, "Dan aku tidak tahu harus bagaimana sekarang. Aku menabung berbulan-bulan Joon, untuk membeli cincin itu. Aku tidak bisa pergi ke toko perhiasan dan membeli cincin yang baru sekarang juga." Lanjut Yoongi yang kini sudah duduk di sofanya. Ia kelelahan. Segala kepanikan tadi menyedot seluruh energinya.
Namjoon ikut duduk di sebelah Yoongi sambil menepuk-nepuk punggung sahabatnya itu. Ia pun bingung harus membantu bagaimana. Namjoon melirik jam di dinding, "Lebih baik kau mandi dulu Yoon. Setidaknya kau harus tampil menawan untuk makan malam kalian. Aku akan mencoba mencari kotak cincin itu selama kau mandi."
Yoongi melirik Namjoon dengan senyum kecil, sebelum bangkit dari duduknya, "Thanks."
-0-
Sekarang pukul tujuh kurang lima menit, dan Yoongi sudah berdiri di depan pintu apartemen Jihyo.
Tanpa cincin lamarannya.
Tadi, bukannya berhasil menemukan kotak cincin itu, Namjoon justru memecahkan sebuah vas keramik milik Yoongi. Terlampau lelah, Yoongi hanya tersenyum maklum tanpa cerewet mengomeli Namjoon.
Perasaan Yoongi kacau sekarang. Rencananya gagal total. Bagaimana ini? Apa ia harus menunda lamaran ini hingga tahun depan? Karena tentu saja Yoongi harus menabung dari awal lagi agar bisa membeli cincin yang baru.
Sudahlah, sebaiknya ia pikirkan hal itu nanti lagi. Sekarang ia harus menikmati acara makan malam ini dengan bahagia. Ia tidak boleh merusak suasana.
Yoongi memencet bel pintu kamar apartemen Jihyo. Tiga detik kemudian, ia dapat mendengar suara langkah kaki terburu-buru dari dalam, diiringi suara Jihyo yang terdengar buru-buru pula, "Iya. Sebentar."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Cup of Tea || Yoongi x Jihyo
Fanfictionone-shot collection of BTS' Yoongi and Twice's Jihyo. -written in Bahasa Indonesia