14- Min Family

1.5K 148 49
                                    

Ceklek!

Drap! Drap! Drap!

Suara pintu terbuka yang disusul suara langkah mengalihkan perhatian Jihyo yang sedang memasak makan malam di dapur. Kepalanya menoleh dan maniknya mendapati anak sulung laki-lakinya yang baru pulang dari kampus, masih lengkap dengan tas menempel di punggung dan raut lelah menggantung di wajahnya.

"Udah pulang Bang?" tanya Jihyo setengah berteriak.

Namun sang Abang tidak menyahuti ataupun menoleh. Ia terus berjalan menuju kamarnya di lantai dua. Jihyo mengernyit heran. Aneh.

"Dek." panggil Jihyo pada anak bungsu perempuannya yang sedang mengupas bawang bombai di sebelahnya.

"Hmmm?" sahut anak gadisnya itu.

"Coba deh ke kamar Abang, terus tanyain ada apa. Kok Bunda liet Abangmu kayak lagi murung gitu."

Sang bungsu merengut, "Dih, nanti kalo Adek dijudesin gimana Bun? Abang kan kalo lagi badmood serem, kayak Ayah."

Jihyo terkekeh, "Nggak. Nggak bakal dijudesin. Bilang aja Bunda yang tanya."

"Ayo Dek, buruan!" kata Jihyo karena melihat anak gadisnya itu terlihat ogah-ogahan.

"Iya deh, iya. Tapi kalo Adek kena judes, salah Bunda ya."

Jihyo tertawa saja mendengarnya.

Tidak sampai tiga menit, anak bungsunya itu sudah turun ke dapur lagi, "Gimana? Abang kenapa?" Jihyo langsung mengajukan tanya.

Gadis tujuh belas tahun itu mengerucutkan bibirnya kesal, "Apaan. Adek baru ngetuk pintu kamar aja udah langsung diusir, katanya jangan ganggu. Dih!"

"Kamu tanya nggak Abang lagi ada masalah atau apa?"

"Udah Adek tanya, tapi katanya nggak usah ngurusin urusan orang gede. Ih, padahal Adek juga udah gede kali, nggak bocah lagi." sang bungsu mengomel-omel kesal.

Kening Jihyo berkerut khawatir, "Dek, lanjutin dulu ya siapin masakannya. Bunda mau ke kamar Abang." kata Jihyo sambil berlalu dari dapur.

-0-

Tok! Tok!

"Abang?" Jihyo memanggil lembut.

Diam sesaat sebelum kemudian anak sulungnya menjawab, "Ya Bun?"

"Bunda boleh masuk?"

Diam lagi, "Boleh Bun. Masuk aja, nggak Abang kunci kok."

Ceklek!

Gelap. Tangan Jihyo terulur mencari saklar lampu dan menyalakannya. Setelah lampu menyala, ia dapat melihat anak laki-lakinya itu tengah bergelung di balik selimut tebal. Hanya kepalanya saja yang menyembul. Raut wajahnya nampak muram. Jihyo duduk di pinggir kasur, telapak tangannya terulur ke arah dahi sang Abang.

"Abang sakit? Atau nggak enak badan?" tanya Jihyo cemas.

Anak laki-laki itu menggeleng pelan, "Cuma capek aja kok Bun."

"Mau cerita ke Bunda?" tawar Jihyo.

Sang Sulung diam saja, tidak merespon. Jihyo menghela napas, "Ya udah, Abang istirahat dulu aja. Bunda lagi masak sop ayam sama bakwan jagung kesenengan Abang. Nanti makan bareng ya Bang." kata Jihyo sambil menepuk lengan anak sulungnya yang terbungkus selimut.

Jihyo sempat menoleh lagi ke arah tempat tidur sebelum ia menutup pintu. Raut khawatir jelas sekali nampak di wajah cantik ibu beranak dua itu. Segera setelah ia menutup pintu kamar sang sulung, Jihyo berjalan menuju kamarnya sendiri.

A Cup of Tea || Yoongi x JihyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang