Raut serius menghiasi wajah bocah laki-laki berusia sebelas tahun itu. Keningnya terkerut tanda bahwa ia tengah berpikir keras, pensil yang terselip di antara jemarinya hanya ia putar-putar selama setengah jam terakhir. Selembar kertas putih yang masih kosong terhampar di hadapannya.
"AAAAHHHH PUSING!!!" Dengan frustasi ia mengacak-acak rambut hitam pendeknya. Kemudian ia meletakkan kepalanya di atas meja belajar. Yoongi –nama bocah itu, saat ini sedang mengerjakan tugas sekolahnya. Bukan tugas yang sulit sebenarnya, Yoongi diminta untuk menuliskan apa impiannya nanti saat sudah dewasa.
Namun, anak laki-laki itu pusing bukan kepalang. Bukan karena ia tidak mempunyai impian atau cita-cita, justru sebaliknya. Ia punya terlalu banyak keinginan hingga tidak tahu apa yang harus ia tuliskan.
Yoongi ingin menjadi atlet basket karena ia suka sekali dengan permainan bola satu itu; namun ia juga ingin menjadi petugas pemadam kebakaran karena menurutnya mereka keren sekali, seperti pahlawan; Yoongi juga ingin menjadi seorang koki atau chef, ia sering memasak dan mencoba berbagai resep dengan abangnya, dan menurutnya itu menyenangkan. Aaahhhh bingung.
Di tengah keruwetan pikirannya, suara ketukan pintu terdengar.
"Ya? Masuk." Kata Yoongi dengan posisi kepala masih menempel di meja, ia terlalu malas untuk bangkit dan membukakan pintu.
Pintu terbuka dan menampakkan sosok anak perempuan bersurai hitam yang diikat dua.
"Jihyo?" Yoongi segera terduduk. Tadi ia kira yang datang ibu atau abangnya, namun ternyata Jihyo –gadis berumur tujuh tahun yang tinggal di seberang rumahnya. Mereka sudah berteman dekat bahkan sejak Jihyo masih berumur dua tahun.
Jihyo tidak merespon Yoongi, dengan lesu ia berjalan ke tempat tidur Yoongi dan menjatuhkan badannya di sana.
Yoongi mengerutkan keningnya sembari mengamati Jihyo. Aneh. Biasanya, gadis itu akan masuk kamar Yoongi tanpa permisi sambil diiringi suaranya yang berisik atau langkah kaki ributnya.
"Kenapa kok cemberut?" Yoongi bertanya sambil membalikkan kursinya untuk menatap tempat tidur. Jihyo tidak menjawab, ia masih menelungkupkan wajahnya pada bantal dengan sarung bergambar Iron Man milik Yoongi.
"Park Jihyo, awas ya jangan sampai bantalku kena ilermu."
Kalimat Yoongi barusan serta-merta membuat Jihyo terduduk, dengan sorot mata galak dan pipi menggembung kesal ia berkata, "APASIH? AKU NGGAK PERNAH NGILER KOK!"
Yoongi terkekeh, nah ini dia Jihyo yang dia kenal.
"Ya lagian, kamu kenapa kok jelek banget gitu mukanya?" Kata Yoongi sambil memainkan pensil yang sedari tadi masih ia genggam.
"AH, APASIH KAK YOONGI NGESELIN! TADI NGATAIN AKU TUKANG NGILER, SEKARANG NGATAIN AKU JELEK. PULANG AJA AH. KAK YOONGI JELEK! NGESELIN!" Jihyo mencak-mencak sambil melangkahkan kaki keluar dari kamar Yoongi.
Yoongi bangkit dari kursinya dan mengejar Jihyo sambil tertawa. Puas sekali dia karena membuat gadis kecil itu kesal. Sungguh sebuah hiburan setelah sejak tadi ia berkutat dengan tugasnya yang tak kunjung selesai itu. Yoongi berhasil menahan lengan Jihyo, saat gadis itu sudah sampai di teras rumahnya.
"Bercanda Ji, ayo masuk lagi." Bujuk Yoongi, ia masih menahan tawanya.
"GAK MAU! KAK YOONGI NGESELIN!" Rajuk Jihyo.
Yoongi melepaskan pegangannya pada lengan sang gadis, "Ya udah. Padahal aku mau ajak kamu makan es krim." Bocah laki-laki itu kemudian membalikkan badan dan berjalan kembali masuk ke rumah.
Setelah tiga langkah, Yoongi merasakan bahwa Jihyo mulai mengikutinya di belakang. Diam-diam dia tertawa dalam hati. Tuh kan, gampang banget ngebujuk Jihyo kalau lagi ngambek.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Cup of Tea || Yoongi x Jihyo
Fanfictionone-shot collection of BTS' Yoongi and Twice's Jihyo. -written in Bahasa Indonesia