All the underdogs in the world
A day may come, where we lose
But it is not today
TODAY
WE
FIGHT!
◾◽◾
Suasana kampus pagi ini ramai sekali. Lautan mahasiswa dari berbagai fakultas memenuhi arena depan kantor rektorat. Lengkap dengan atribut jaket almamater kebanggaan yang melekat di tubuh masing-masing. Ekspresi semangat dan antusias menghiasi hampir tiap raut wajah yang ada, meskipun tidak sedikit pula yang nampak gugup. Jihyo salah satunya.
"Nervous ya?" Jeongyeon menyenggol pelan lengan Jihyo.
Gadis bermata bulat itu mengangguk pelan. Tidak bisa dipungkiri, ia memang merasa gugup dan sedikit takut, karena ini adalah aksi turun jalannya yang pertama. Hari ini, ia bersama dengan para mahasiswa lain akan menuju ke kantor para wakil rakyat. Nanti di sana, mereka akan bergabung dengan ratusan bahkan ribuan mahasiswa dari berbagai universitas yang tersebar di seluruh negeri. Para mahasiswa ini akan menuntut keadilan kepada jajaran wakil rakyat. Suasana memang sedang panas akhir-akhir ini, membuat banyak pintu hati mahasiswa terketuk untuk ikut menyuarakan kegelisahan serta aspirasi mereka di jalan.
Jujur saja, awalnya Jihyo ini bisa dibilang apatis terhadap hal-hal terkait politik dan pemerintahan. Namun, saat ia menyadari bahwa regulasi baru yang yang disusun oleh orang-orang yang mengaku sebagai tangan kanan rakyat itu nantinya akan merugikan banyak warga sipil termasuk dirinya, maka Jihyo merasa ia tidak bisa duduk diam saja.
Oleh karenanya, saat Jeongyeon kemarin bertanya "Lo mau ikut turun jalan nggak?" Jihyo mengangguk dengan mantap.
-0-
"Mama lo kok jadinya ngasih ijin gimana ceritanya?" Tanya Nayeon pada Jihyo.
Saat ini mereka sudah ada di dalam bis, perjalanan menuju titik kumpul –gedung wakil rakyat, membutuhkan waktu sekitar satu jam. Nayeon, Jihyo, dan Jeongyeon duduk bersisian.
"Kayaknya sih agak keberatan, tapi akhirnya dibujuk Papa. Kata Papa 'nggak apa-apa Jihyo ikut, buat pengalaman. Asal harus jaga diri.' Habis dibilang gitu Mama setuju." Jelas Jihyo.
Ia kembali mengingat bagaimana tadi sebelum berangkat mamanya membekali Jihyo dengan beragam minuman, camilan serta daftar pesan dan nasihat yang sangat banyak. "Ini air minum sama cemilan. Mama masukin masker sama sunscreen juga. Inget jangan sampai mencar, bareng terus sama Nayeon, Jeongyeon. Kabarin Mama terus. Kalau ada kericuhan segera menghindar. Usahain jangan berdiri terlalu depan. Hati-hati." Jihyo dapat melihat dengan jelas raut wajah khawatir Mamanya. Jadi sebelum berangkat, gadis berambut pendek itu memeluk erat mamanya dan berkata, "Makasih Ma, Jihyo bakal jaga diri. Tenang aja."
Lain lagi dengan Papanya, laki-laki paruh baya itu melepas keberangkatan putri sulungya dengan mengacak rambut Jihyo dengan raut bangga, "Hati-hati, ingat jangan terprovokasi. Selamat berjuang ya."
Jihyo membalas senyum ayahnya dengan senyum lebar pula sambil mengacungkan ibu jarinya "Siap, Pa!"
Nayeon dan Jeongyeon mengangguk-angguk paham. Senang juga mereka melihat Jihyo mau turun ikut aksi begini. Kalau bagi Jeongyeon dan Nayeon, ikut aksi seperti ini nukanlah hal baru bagi mereka, karena mereka sendiri adalah anggota aktif organisasi mahasiswa di kampus. Dalam satu semester mereka bias ikut dua atau tiga kali aksi, dari memprotes kebijakan kampus, tentang kemanusian bahkan mengenai alam dan lingkungan, mereka sudah khatam.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Cup of Tea || Yoongi x Jihyo
Fanfictionone-shot collection of BTS' Yoongi and Twice's Jihyo. -written in Bahasa Indonesia