Jihyo turun dari taksi dengan agak terburu-buru. Kakinya melangkah secepat mungkin menyusuri lobi hotel. Dalam hati, gadis itu merutuki dirinya sendiri yang salah mengingat waktu. Ia kira gladi resik untuk acara resepsi Nayeon itu pukul tiga sore. Ternyata pukul satu siang.
Sekarang sudah jam dua kurang lima belas menit!
Sial. Sial. Sial.
Untung saja tadi Nayeon meneleponnya. Kalau tidak, gadis itu masih asyik tidur siang cantik di kasurnya.
Belum apa-apa, gadis itu merasa tidak enak hati dengan para bridesmaid dan groomsmen lain. Jangan-jangan semua sudah datang kecuali dirinya. Aduh. Memikirkan bahwa dia akan menjadi penyebab utama molornya acara hari ini, membuat perut Jihyo melilit.
Jihyo memasuki lift dan segera memencet tombol lantai tujuannya. Ujung sepatunya terus mengetuk-ngetuk lantai tidak sabar. Maniknya memelototi layar penanda lantai yang rasanya bergerak terlalu lambat.
Ding!
Pintu lift bahkan belum terbuka sepenuhnya, tapi Jihyo sudah melesat keluar. Setelah bertanya pada salah satu pegawai yang ia temui, Jihyo berjalan cepat menuju hall tempat resepsi akan diadakan.
Gadis itu berdoa agar setidaknya, bukan dia yang terakhir datang. Atau ternyata acara gladi resik itu belum dimulai. Sebenarnya, Jihyo paling tidak suka dengan segala sesuatu yang tidak tepat waktu atau molor. Tapi kali ini beda situasi.
Tumben hari ini semesta sedang berpihak pada gadis itu. Jihyo menghembuskan napas lega saat ia memasuki hall, dan ternyata gladi resik belum dimulai. Ia bisa melihat Nayeon dengan calon suaminya sedang berdiskusi serius dengan orang yang Jihyo yakini adalah staf dari wedding organizer mereka.
"Jihyo! Sini!" Jihyo menoleh dan mendapati Sana sedang melambaikan tangannya. Dengan senyum lebar, Jihyo segera berlari kecil ke arah teman sekantornya itu.
Nayeon, Sana, dan Jihyo adalah teman sekantor. Diterima dalam waktu yang bersamaan, membuat ketiga gadis itu mejadi cepat akrab. Karenanya, tidak heran jika Nayeon meminta kedua orang itu menjadi salah satu dari delapan bridesmaidnya. Selain Sana dan Jihyo, enam orang bridesmaid lain adalah teman-teman dekat Nayeon saat sekolah dan kuliah.
Begitu Jihyo sampai di dekat Sana, gadis itu langsung memeluk Jihyo erat.
"Ih, lama banget sih. Tumben telat." Sana merajuk dengan bibir manyun.
"Sorry, gue salah inget jam ternyata. Tapi, ini kayaknya belum mulai ya?" Tanya Jihyo.
Masih sambil memeluk Jihyo, Sana menjawab. "Iya nih. Masih nunggu groomsmen yang belum dateng. Terus kayaknya tadi ada apa gitu deh, makanya Nayeon sama Kak Seokjin lagi diskusi sama WOnya."
Jihyo mengangguk paham. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Hall sebesar ini terasa begitu lapang meskipun sebenarnya ada banyak orang di dalamnya. Selain dirinya dan Sana, Jihyo melihat bridesmaid lain juga sedang berkumpul dengan temannya masing-masing.
Tak jauh dari mereka, sekumpulan laki-laki muda juga tengah berkumpul. Jihyo tebak mereka adalah groomsmen dari pihak pengantin laki-laki. Dengan matanya, Jihyo menghitung jumlah mereka. Ada tujuh. Masih kurang satu orang lagi.
"Cakep-cakep nggak sih? Oh my god! Mata gue langsung seger." Sana menginterupsi pikiran Jihyo. Manik gadis yang masih anteng memeluk Jihyo seperti koala itu terlihat berbinar
Jihyo menatap temannya dengan pandangan datar. "Gue laporin Wonwoo ya kalo lo genit."
Sana mencibir. "Dih. Laporin aja sana. Paling juga dia nggak peduli."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Cup of Tea || Yoongi x Jihyo
Fanfictionone-shot collection of BTS' Yoongi and Twice's Jihyo. -written in Bahasa Indonesia