CHAPTER 16: TENTANG BUKU KESEKIAN KALI

51 11 4
                                    

Kelas pertama di sore hari ini, meskipun seperempat hari sudah di lalui tak melunturkan semangat para mahasiswa mahasiswi untuk mengikuti kelas Bu Ima, walaupun beliau terkenal dengan dosen yang killer.

Sepanjang kelas Nana memperhatikan Dasha yang tidak fokus dan terus melamun. Hingga Nana tidak tahan dan menyenggol lengan Dasha yang berada di sebelahnya.

"Sha lo kenapa?"

"Eh?"

"Lo sakit?" Karena mata Dasha tidak seperti biasa dan terlihat sayu.

"Nggak kenapa-kenapa kok." Dasha memperlihatkan senyum simpulnya.

Meskipun begitu, Nana masih ragu bahwa memang Dasha sedang tidak baik-baik saja. Memang benar, Dasha tipikal seseorang yang tidak mudah melupakan sesuatu hal yang membuat dirinya sakit hati.

Walaupun perisitiwa itu sudah berlalu hari-hari kemarin. Tapi Dasha terus memikirkan hal itu apalagi menyangkut masa depan. Apa yang dia lakukan hari ini menimba ilmu memang sangat bermanfaat bagi dirinya.

Namun, dirinya masih belum bisa membahagiakan mamanya. Di usia dia yang hampir kepala dua, dia masih menjadi beban keluarga. Belum bisa memberikan apa-apa untuk mamanya.

Kekhawatirannya tentang masa depannya selalu saja muncul di pikirannya. Apakah langkah saat ini yang dia ambil sudah baik untuknya. Masa depan memang tidak mudah ditebak, jika dia yang terjatuh karena ekspetasi masyarakat dia masih bisa menerima hal itu. Tapi bagaimana dengan mamanya.

Mama yang satu-satunya penguat bagi diri Dasha. Mamanya dan Dasha saling mengobati luka masing-masing. Dasha menghela nafas berat, membuat Nana memperhatikan dia kembali.

Tak terasa kelas Bu Ima telah usai. Para mahasiswa-mahasiswi lega karena hal itu. Begitupun juga dengan Nana.

"Sha, lo yakin nggak kenapa-kenapa?" Nana memegang pundak Dasha, mencoba ikut ber-empati agar Dasha mau bercerita dengannya.

"Gue nggak kenapa-kenapa Na."

"Oh iya lo ada kelas tambahan lagi kan ya?"

Dasha terkejut dia hampir lupa bahwa dia harus mengikuti kelas tambahan sang asdod, "Hm iya."

"Gue juga masih ada UKM taekwondo bentar lagi, mau gue anterin ke kelas?"

"Ih nggak perlu lagi, sudah sana gue mau ke kamar mandi dulu."

Nana bangkit dari kursinya, "Gue duluan, kalau lo ada apa-apa jangan ragu cerita sama gue."

"Iya Na."

Mereka melambaikan tangan ke arah masing-masing. Setelah itu disusul Dasha keluar dari kelas. Dia memperbaiki posisi tas di bahunya berjalan menuju toilet.

Dipandangnya pantulan dirinya yang memang nampak berbeda. Dia membahasi wajahnya di wastafel. Mencoba merilekskan diri dan fokus. Tentu dia tidak pergi dengan wajah yang pucat, dia ambil lipstick dari dalam tasnya dan mengoleskan ke bibirnya.

***

Langkah kaki Dasha sampai di gedung FK. Langkahnya gontai, dia lihat jam pukul 14.55 yang artinya sebentar lagi kelas akan dimulai. Tali sepatu kets yang dia pakai terlepas hampir saja nyaris dia tersungkur jatuh, kalau tidak ada uluran tangan yang menahannya tangannya.

"Terima kasih." Ucap Dasha lalu berbalik melihat seseorang yang telah menyelamatkannya, dan ternyata dia adalah Jae.

Buru-buru Dasha menarik lengannya yang berada di genggaman Jae. Tanpa berkata apapun lagi Dasha pergi meninggalkan Jae ke kelas. Diikuti Jae yang juga ke kelas yang sama dengan Dasha.

Titik Rasa | Jung Jaehyun (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang