CHAPTER 32: MATCHA

38 8 0
                                    

Akibat kejadian bersama anak-anak tadi kini mereka di selimuti rasa canggung. Hanya teralun musik di mobil. Dasha yang terus menatap jalanan depan sedangkan Jae juga yang memilih fokus memgendarai.

Suara perut keroncongan terdengar dari arah Dasha, membuat dia menutup wajah malu sedangkan Jae hanya tersenyum memperlihatkan lesung pipitnya.

"Sorry." Permintaan maaf keluar dari mulut Dasha, dia sangat malu sekali.

"Kita makan dulu saja sebelum pulang." Ajak Jae karena tidak tega melihat juniornya tersebut kelaparan.

"Iya." Jawab Dasha dengan lirih sambil menganggukkan kepalanya.

Mobil yang di tumpangi mereka berhenti di sebuah rumah makan. Dasha merasa de javu sepertinya dia pernah kemari sebelumnya.

Logo berwarna putih yang terpasang di depan tempat makan dengan di tengahnya khas wajah kakek-kakek dan tertulis 'Wak Ro' membuat dirinya ingat bahwa dia pernah kemari bersama Winwin. Hari dimana saat dia menolak pemuda itu.

"Ayo masuk." ajak Jae saat dia sudah memarkirkan mobilnya dengan benar.

Mereka memilih meja yang berada di pojok ruangan. Obrolan terjadi di antara mereka saat sibuk memilih makanan. Selepas itu hanya hening yang tersisa.

Hingga akhirnya Dasha memilih membuka suara, "Sorry kak buat yang tadi."

"Yang mana?"

"Mengenai..." Dasha ragu untuk mengatakan hal yang sempat terjadi di antara mereka.

Obrolan mereka terjeda saat ibu pelayan datang mengantarkan makanan mereka. Sang ibu tersenyum ramah pada Dasha, tentu saja Dasha juga balas tersenyum manis.

"Mbak yang kemarin ya?" ucap ibu tersebut sambil menaruh piring ke meja.

"Iya bu." Jawab Dasha, dengan menatap sekilas ke arah Jae.

Sang ibu bergantian menatap Jae, dan ikut menyapa dengan tersenyum.

"Temannya yang kemarin mana mbak?" tanya sang ibu.

Awalnya Dasha bingung dengan pertanyaan yang ibu tersebut layangkan. Setelah paham, rupanya sang ibu tengah menanyakan keberadaan Winwin karena pertanyaan sang ibu membuat Dasha merasa tidak enak kepada Jae. Dia merasa seperti sedang ketahuan berselingkuh membawa cowok lain kemari.

"Ah kurang tau juga bu." Dasha nampak grogi.

"Makasih ya bu makanannya." Terkesan sarkatis namun tetap sopan, Jae seperti mengusir ibu pelayan untuk pergi.

Karena ucapan Jae barusan, membuat sang ibu pamit dan berlalu pergi. Dasha memandang sekilas ke arah Jae yang sudah bersiap menyantap makanan di hadapannya.

"Kemarin malam, kebetulan aku dan kak Winwin kesini." Tanpa ditanya, Dasha berinisiatif mengatakan hal itu pada Jae.

Jae mengangguk paham, mulutnya yang sudah penuh mengunyah nasi. Dasha masih menatap lamat ke arah Jae.

"Buruan makan! Ngapain lihatin gue."

Karena hal itu, Dasha menurunkan pandangannya dari arah Jae buru-buru menyendokkan makanan ke dalam mulutnya. Jae sendiri bingung dia harus bereaksi seperti apa, sebenarnya di benak Jae dia ingin bertanya banyak hal kepada perempuan di depannya ini.

Mengingat perkataan Winwin kemarin, bahwa dia akan tetap memperjuangkan perempuan di hadapannya. Sedangkan yang Jae rasakan hanya rancu dia tidak tahu apa yang sebenarnya dia rasakan saat bersama gadis di hadapannya ini.

Namun, dia juga merasa marah karena semesta selalu membuat dia dekat dengan perempuan ini. Kalau ditanya tentang apa dia menyukai gadis di hadapannya ini? Dengan mantap Jae menjawab tidak tahu, karena apa karena di lubuk hati yang terdalam dia masih menyimpan nama yang lain nama yang akan tetap terus membekas di relung hatinya.

Titik Rasa | Jung Jaehyun (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang