Seusai kelas akhir sore hari ini, Dasha belum bisa kembali ke asrama. Kini dia mengikuti langkah dosen perempuan yang bernama Bu Reni tersebut untuk ke ruangannya. Sepanjang perjalanan Dasha sangat takut otaknya terus memutar-mutar mencari jawaban kiranya ada perbuatan salah yang dia lakukan hingga membuat Bu Reni menyuruh Dasha untuk ikut ke ruangan kerjanya.
Sampai di ruangan beliau, bu Reni membuka pintu dan masuk terpampanglah ruangan beliau dengan spot meja di tengah yang ditumpuki beberapa buku dan juga kursi hitam yang empuk disertai bantalan, rak besar tepat di belakang meja berisi buku-buku. Wangi dari pengharum ruangan menjalar menjelajahi setiap sudut ruangan.
Dasha masuk perlahan, suasana yang dingin dari AC yang melebihi dinginnya AC minimarket seakan merasuk sampai ke tulang menambah rasa ketakutannya, kini tangan dan kakinya sudah mulai dingin. Dasha masih berdiri dengan melihat gerak-gerik Bu Reni yang telah duduk dan tengah melihat dan memilah beberapa kertas di mejanya.
"Silahkan duduk Dasha."
Dasha menarik kursi yang ada di hadapannya dengan tatapan matanya yang masih mengawasi gerak-gerik bu Reni.
Seusai Dasha duduk, rasanya degupan jantungnya tidak terkontrol, sampai perutnya mendadak malas dan tidak berani menatap bola mata seseorang yang berada di depannya. Entah tadi malam dia mimpi apa sampai disuruh masuk ke ruangan dosen pikirnya.
"Kamu ibu jadwalkan untuk mengikuti kelas tambahan."
"Ma-maaf bu kelas tambahan, maksud ibu bagaimana?" Dasha terbata, karena gugup dan tidak memahami maksud bu Reni.
"Jadi begini ibu sudah ada daftar lima nama dari tingkat serta fakultas yang sama dengan kamu, mereka juga akan mengikuti kelas tambahan untuk mata kuliah ibu. Kelas tambahan bukan ibu yang menyampaikan akan tetapi diajarkan oleh Professor Windu beliau mengajar di fakultas kedokteran."
"Maaf bu kenapa saya mendapat kelas tambahan?"
"Tes yang kemarin ibu adakan, kamu mendapat nilai dibawah 7. Karena itu kamu harus mengikuti kelas tambahan."
"Baik bu." Dalam hati Dasha merutuki kebodohannya, mendengar Bu Reni menyampaikan hal tersebut.
"Ibu sudah menyampaikan hal ini pada ketua prodi, dan mungkin ketua prodi juga sudah menyampaikan hal ini pada pembimbing akademik masing-masing."
"Iya baik bu."
"Ibu juga sudah menyampaikan pada professor Windu dan sudah membuat kontrak perkuliahan jadi kamu sekarang bisa ke ruangannya untuk mengkonfirmasi jika memang beliau ada di ruangannya."
"Baik bu. Terima kasih."
Dasha bangkit berdiri, kakinya rasa berat hanya dengan barang satu langkahan saja. Hatinya bergejolak tidak karuan otaknya terus berpikir membayangkan bagaimana kelas tambahan nantinya yang akan dia jalani.
Dasha melangkah keluar dengan berat hati. Mati aku! Itu yang sekarang ada di benak Dasha karena kecerobohannya, dia terus merutuki dirinya sendiri bagaimana dia bisa lupa bahwa saat malam itu dia harus belajar karena kesokan harinya ada tes Dasha malah keasikan main hp dan nonton film, tidak menghafalkan anatomi seluruh tubuh.
Hasilnya dari kecerobohan seperti ini. Dengan langkah berat dan takut dia melangkah melewati lorong serta pintu dari professor yang asing karena Dasha menuju ke ruangan professor yang mengajar fakultas kedokteran, selain itu karena baru pertama kali ini Dasha mendengar nama professor Windu dan sampai harus menemui ke ruangannya.
***
Mina mengintip dari balik tembok, dia ragu untuk masuk ke ruang organisasi menemui Jae. Suasana di dalam hanya ada beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang merupakan anggota organisasi tengah sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Rasa | Jung Jaehyun (END)
Fiksi PenggemarJae Hyuno Pradipta merupakan primadona dari anak FK. Dia cowok yang dingin namun itulah pesonanya yang membuat semua wanita menyukainya. Aktif di salah satu organisasi dan juga seorang asdos adalah nilai plus bagi Jae, yang merupakan sapaan akrabnya...