Hari sudah mulai gelap, para mahasiswa yang lain sudah mulai bersikap untuk tidur. Mereka tidur di sebuah gedung kosong lebih tepatnya disebut aula, antara laki-laki dan perempuan di pisah dan terdapat jarak satu gedung.
Dasha sudah bersiap memakai piyama lengkap dengan kaos kaki berwarna navy, dia menengok ke samping terlihat Nana yang sudah tertidur pulas. Sedangkan anggota lain ada yang main hape ataupun bersiap-siap tidur dengan melakukan perawatan wajah terlebih dahulu alias skincare di malam hari.
Mereka tidur hanya ber-alaskan kasur tipis yang dijejer dengan satu kasur dipakai untuk lima orang. Untungnya tidak ada yang protes akan hal itu.
Rasa kantuk tak kunjung datang, Dasha memilih bangkit berdiri mendorong pintu kaca menuju ke arah luar. Walaupun sudah malam di luar tetap rame karena para nenek dan kakek yang masih berlalalu lalang.
Maklum saja, semakin tua usia seseorang teori mengatakan bahwa mereka lebih susah tidur. Dasha melangkah memilih duduk di bangku panjang dekat taman.
Seusai dia duduk, dia memandangi hal yang sempat dia bawa tadi dari aula yaitu dompet. Dia pandangi benda tersebut lamat-lamat.
'Kak aku rindu, dimana sekarang kakak berada. Mama dan aku selalu merindukan kakak dan juga ayah. Walau kita sudah tidak pernah bertemu lagi dan aku tidak pernah mendengar kabar kakak kuharap kakak baik-baik saja'
Seorang nenek datang duduk di samping Dasha membuat dia terlonjak kaget, buru-buru dia hapus air mata yang membasahi pipinya. Nenek tersebut meraih tangan Dasha. Dengan sigap, Dasha meletakkan dompet tersebut berada di sisinya.
"Kenapa kamu menangis nak?" Tanya nenek tersebut dengan penuh perhatian.
Dasha balik menggenggam tangan Nenek, "Tidak nek, aku hanya sedang merindukan seseorang."
Nenek tersebut tersenyum dia merapatkan jaket yang dikenakan berbahan rajut tersebut karena dinginnya udara malam, "sama seperti nenek."
"Kalau boleh saya tahu, nenek sedang rindu kepada siapa?"
Sambil menatap ke arah langit malam nenek tersebut bercerita, "nenek rindu kepada prajurit-prajurit nenek,"
Dasha tak paham maksud dari prajurit yang baru saja nenek tersebut katakan.
"Prajurit itu kini sudah punya rumah masing-masing. Mereka anak-anak nenek jumlahnya empat orang laki-laki mereka hidup untuk mengabdi pada negara ini."
Dasha mengangguk paham rupanya nenek di sampingnya ini merindukan sang anak. Ada bayangan mamanya di dalam diri nenek ini yaitu sama-sama merindukan sang anak.
"Tapi mereka tetap menyayangi nenek. Mereka tak lupa selalu mengunjungi nenek sambil mengajak cucu nenek yang lucu. Lagipula disini nenek tidak merasa kesepian, nenek disini juga karena keinginan nenek sendiri yang tidak ingin merepotkan mereka." Gantian, nenek tersebut kini mengusap air matanya dengan sapu tangan berwarna hijau.
"Nenek tidak mau anak-anak nenek kesusahan merawat ibunya. Karena mereka juga tidak meminta untuk dilahirkan tapi nenek lah yang selalu berdo'a kepada Tuhan untuk diberikan keturunan. Maka dari itu balas budi anak pada orang tua itu memang benar ada, yaitu cukup melihat senyuman dari mereka itu saja cukup."
Akibat ucapan tersebut, Dasha spontan memeluk nenek di sebelahnya. Dia menangis sejadi-jadinya. Dia tumpahkan semuanya di pundak nenek tersebut. Nenek tersebut balas memeluk dan mengusap lembut puncak kepala Dasha.
"Aku merindukan kakak perempuan ku nek, kami terpisah sudah bertahun-tahun akibat orang tua kami bercerai." Dasha mulai bercerita, selama ini dia tidak berani gamblang cerita hal ini kepada orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Rasa | Jung Jaehyun (END)
FanficJae Hyuno Pradipta merupakan primadona dari anak FK. Dia cowok yang dingin namun itulah pesonanya yang membuat semua wanita menyukainya. Aktif di salah satu organisasi dan juga seorang asdos adalah nilai plus bagi Jae, yang merupakan sapaan akrabnya...