Jae sudah bersiap dengan laptop yang sudah menyala dan kaca mata yang terpasang di kepalanya. Namun dia terlonjak kaget saat ada yang membuka pintu kamar asramanya tiba-tiba.
"Lo bisa kan ketuk pintu dulu!" ucap Jae dengan nada tinggi.
"Maaf maaf, santai aja lagi." Jawab Winwin dengan kedua tangannya yang membawa dua jaket.
"Ada apa lagi?" Jae memutar kursi belajarnya ke arah Winwin yang sudah duduk manis di kasur.
"Lebih bagus yang mana?"
Tangan kirinya terdapat jaket yang berbahan denim sedangkan di tangan kanannya jaket hitam dengan berbahan parasut.
"Terserah lo aja." Jae membalikkan tubuhnya menghadap kembali ke meja belajar.
"Gue harus tampil keren di depan Dasha." Jae menghentikan kegiatannya yang tengah sibuk menggeserkan mouse di tangan kanannya saat mendengar nama tersebut.
"Lo mau pergi?" pertanyaan yang sangat awkward keluar dari mulut Jae.
Winwin tersenyum renyah, "lo khawatir gue akan ambil dia."
"Maksud lo apa?" Jae kaget atas pernyataan Winwin yang terkesan tiba-tiba.
"Sepertinya memang lo harus ikhlas kalau dia berada di pelukan orang lain." Winwin menepuk bahu Jae dan berlalu meninggalkan kamar asrama Jae.
Jae melihat kepergian Winwin dengan raut kebingungan. Namun buru-buru dia tepis, Jae menjadi dirinya kembali, dia yang tidak lagi memperdulikan seorang perempuan.
Toh juga bagus jika Winwin akhirnya bisa bersama dengan Dasha. Maka dari itu dirinya tidak perlu lagi mendengar ocehan Winwin yang terkadang sering memintanya untuk dikenalkan mahasiswi baru.
***
Dasha sendiri juga bersiap-siap tinggal mengoleskan lipstick di bibirnya. Merapikan kembali rambut lurusnya yang sudah dia catok sebelumnya.
"Apa gue terlalu berlebihan?" Dasha bertanya pada dirinya sendiri saat melihat pantulan tubuhnya di depan cermin.
"Sudahlah, gue pikir udah cukup." Dasha segera mengambil sepatu sneaker nya yang berwarna putih.
Dasha mengecek kembali isi di dalam tasnya memastikan tidak ada barang yang ketinggalan, "Oke semua sudah." Segera dia kunci pintu kamarnya dan melangkah pergi.
"Sha lo mau kemana?" Nana datang dari arah lantai tiga.
"Gue.. Em.. Mau pergi sebentar." Dasha yang tidak mungkin memberi tahu alasan kemana dia akan pergi.
"Ih.. Tungguin ya gue mau ikut." Nana yang berlari ke arah Dasha.
"Eh.. Gue sudah ada janji, lain kali aja ya kita pergi berdua." Dasha berlari menjauh meninggalkan Nana yang memanyunkan bibirnya sebal.
Di arah depan asrama Winwin sudah berada di luar mobil menunggunya. Melihat kehadiran Dasha yang berlari ke arahnya membuat Winwin tersenyum sekaligus bingung.
"Kenapa kok lari-lari?" Winwin yang bersiap membukakan pintu mobil untuk Dasha.
"Kak ayo buruan." Dasha buru-buru memasang sabuk pengamannya saat Winwin baru saja menginjakkan kakinya di mobil.
"Oke oke bentar."
Karena keinginan Dasha yang cepat-cepat pergi Winwin segera melajukan mobilnya menjauh dari asrama putri. Dasha rasanya lega saat dia berpikir bahwa Nana tidak akan tahu dengan siapa dia pergi.
Winwin yang sibuk menyetir menoleh ke arah Dasha yang sedang melihat jalanan luar dengan kaca mobil yang sedikit dia buka. Malam ini tidak banyak pengendera seperti biasanya, udara juga cukup sejuk dibanding malam-malam sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Rasa | Jung Jaehyun (END)
FanfictionJae Hyuno Pradipta merupakan primadona dari anak FK. Dia cowok yang dingin namun itulah pesonanya yang membuat semua wanita menyukainya. Aktif di salah satu organisasi dan juga seorang asdos adalah nilai plus bagi Jae, yang merupakan sapaan akrabnya...