CHAPTER 54: PESAN TEKS

28 4 2
                                    

"Ini buat lo." Jae menyerahkan oleh-oleh satu kantong plastik yang berisi kue khas bali dan dua kaos kepada Hendery.

Hendery menerima pemberian Jae dengan riang. "Ini buat gue?"

"Bukan! sini kembaliin." Ucap Jae ketus yang sebal karena respon dari Hendery.

"Makasih ya, ngomong-ngomong lo langsung mau berangkat?" Tanya Hendery begitu melihat Jae yang sibuk membereskan beberapa barangnya untuk dia bawa ke rumah sakit dan memasukkan ke dalam tas ranselnya.

"Gue hari ini shift siang lanjut malam, jadi mungkin beberapa hari ke depan gue akan tidur di rumah sakit."

"Ya ampun, mending lo tidur aja dulu jangan buru-buru berangkat. Lagian kan lo baru nyampai." Hendery yang merasa iba melihat Jae.

"Iya gue mau tidur sekitar dua jam, nanti lo bangunin gue ya?"

"Siap, kita kan nanti jaga malam berdua juga." Jawab Hendery sambil mengunyah pie susu pemberian Jae.

Pagi ini Jae baru saja kembali ke tempat kost, karena kemarin setelah mengantarkan Dasha dia memilih untuk mampir sebentar ke rumah. Bukan tanpa alasan, dirinya kembali ke rumah melainkan untuk memberikan lima kotak pie susu pemberian Pak Rion dan beberapa oleh-oleh yang sempat dia beli untuk mama dan adiknya.

"Jae kamu kok tiba-tiba ada di rumah?" Mama yang melihat kehadiran anak laki-lakinya di ruang tamu.

"Ssstt." Jae membuat kode agar mamanya memelankan suaranya. "Papa belum pulang?" Tanyanya kembali.

"Papa kamu sepertinya lembur." Jam sudah menunjukkan pukul empat sore.

Jae duduk di ruang tamu, "Jae baru saja pulang dari Bali. Ini ada pie susu untuk mama pemberian Pak Rion."

"Bagaimana kabar mereka disana?"

"Mereka sangat baik."

"Syukurlah mama sangat lega mendengarnya."

"Oh iya adik kemana?"

"Sepertinya di kamarnya mau mama panggilkan?"

Jae mengeluarkan ponsel dari tasnya. "Biar Jae kirim pesan dan suruh dia kemari saja."

Jae mengirimkan pesan kepada adiknya. Tidak butuh waktu lama adik perempuannya datang dari arah anak tangga. Mama yang melihat putri keduanya hadir merasa tak percaya, karena memang dia sendiri tahu hubungan kakak dan adik itu tak akur, sedang terjadi perang dingin yang anak perempuannya ciptakan.

Putri keduanya itu datang, duduk di samping mamanya.

"Ngapain?" Tanya Naya dingin kepada Jae.

Jae tersenyum, baginya tingkah adiknya yang selalu marah kepadanya terlihat menggemaskan.

Jae mengeluarkan satu kresek besar sesuatu dari dalam tasnya. "Ini buat kamu, jangan bilang papa tapi kalo kakak dari Bali."

Adik perempuannya mengambil kantong kresek pemberian Jae. Naya -- adik Jae melihat isi dari kantong besar banyak sekali oleh-oleh yang dia belikan mulai dari kaos, celana pendek, baju santai, sampai aksesoris khas Bali.

"Makasih, dan juga maaf."

Akibat apa yang di ucapkan Naya, Jae menaikkan alisnya tak percaya. "Maaf? Untuk apa?"

"Maaf karena aku selama ini ternyata sudah salah paham dengan kakak."

"Sebelum kamu meminta maaf, kakak merasa diantara kita tidak apa-apa dan kakak hanya merasa mungkin saat adik tumbuh dewasa sikapnya akan semenyebalkan itu."

Walaupun Naya sudah meminta maaf tapi dia tetap gengsi dan tidak mau tersenyum di hadapan kakaknya, dia masih memandang ke arah kakaknya dengan cemberut.

Titik Rasa | Jung Jaehyun (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang