CHAPTER 21: DIA YANG MENGHILANG

47 10 0
                                    

Mobil audi berwarna putih sampai di pelataran rumah. Kehadiran Jae di sambut oleh Pak Ade yang sudah lama bekerja di rumahnya sebagai satpam.

"Tumben datangnya pagi-pagi sekali nak Jae." Kalimat yang Pak Ade ucapkan kala Jae turun dari mobil.

"Iya pak, mama ada kan di dalam?"

"Ada, langsung masuk saja."

Pak Ade yang sigap memarkirkan mobil sedangkan Jae masuk ke dalam rumah menemui mama nya. Rumah yang besar berdiri megah di tanah yang luas dengan bernuansa putih tersebut merupakan saksi dimana Jae menghabiskan sisa masa SMA.

"Mama." Jae berteriak selepas menaruh tas ranselnya di sofa.

Sang mama dengan anggun dan sangat cantik turun dari lantai atas. Senyum keduanya merekah saat mata mereka bertemu. Wajah hangat yang dia tampakan karena merindukan anak lelakinya tersebut.

Rosa-mama dari Jae yang kini langsung memeluk anaknya tersebut sebagai sambutan tanda kehadiran. Jae membalas pelukan sang mama erat.

"Bagaimana kabar kamu sayang?" Sang Mama membelai lembut rambut Jae.

Jae tersenyum memperlihatkan lesung pipitnya. Tinggi dari Jae yang sudah banyak melampaui tinggi dari Sang Mama membuat mamanya mendongak dengan keras untuk melihat setiap inchi wajah dari puteranya.

"Jae baik-baik saja, bagaimana dengan mama?"

Rosa mengarahkan tubuh Jae agar mereka berdua duduk di sofa terlebih dahulu. Mata sang mama yang dari tadi terus memandang lekat Jae tak bisa berhenti menatap anak lelakinya tersebut.

"Kabar mama amat sangat baik, kamu akan menginap di rumah beberapa hari kan?"

"Maaf ma kali ini ada urusan ke luar kota, Jae hanya mampir sebentar kemari."

"Mama sebenarnya amat sangat sedih melihat anak mama yang tidak bisa berlama-lama di rumah. Tapi mau gimana lagi karena memang anak mama sudah besar." Sang mama kembali memeluk Jae, dengan tangan yang tak henti-hentinya mengusap lembut tubuh Jae.

Suara pintu utama terbuka menampilkan seorang perempuan dengan rambut yang dikuncir. Perempuan itu menatap tajam ke arah Jae, seakan ada rasa dendam di dalam matanya.

"Naya kalau kakak pulang, kamu harus menyapa dong!" Mama Rosa setengah berteriak meninggikan suaranya karena ulah anak perempuannya.

"Ma sudah biarin." Jae menahan lengan mamanya yang hendak menyusul perempuan bernama Naya tersebut ke atas.

"Jae, mama sangat frustasi melihat adikmu yang selalu seperti itu tingkahnya pada kamu." Mama duduk kembali memijat pelipisnya.

"Biar aku saja ma yang menyusul dia ke atas." Jae mengambil tas karton putih kecil dari dalam tasnya berlalu menaiki anak tangga menuju kamar sang adik.

Jae memang anak pertama, dia mempunyai adik perempuan namun sayangnya hubungan diantara mereka retak. Lebih tepatnya Naya-sang adik yang berusaha untuk menghindari Jae.

Tidak mungkin bagi Jae kalau dia masuk begitu saja. Dia memilih mengetuk pintu kamar Naya dari luar. Tidak ada jawaban, karena sekeras apapun Jae memanggil Naya hasilnya percuma dia akan tetap diam.

"Kakak punya hadiah untuk kamu walau nominalnya tidak besar kakak harap kamu bisa memakainya." Hening, tetap tidaknada sahutan dari dalam kamar.

Dia letakkan tas karton putih tersebut tepat di depan pintu. Selepas itu Jae kembali turun ke bawah. Memilih menemui sang mama di dapur.

"Ayo makan dulu." Sang Mama sibuk menyiapkan piring membantu asisten rumah tangganya untuk menyiapkan makan.

Jae duduk di kursi meja makan, "seharusnya mama tidak perlu repot-repot."

Titik Rasa | Jung Jaehyun (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang